Info Terkini
Guru di Tanimbar Dituntut Penjara Seumur Hidup, Enam Siswa Jadi Korban Kekerasan Seksual Berulang
MYM dituntut pidana penjara seumur hidup oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) atas dugaan tindak pidana kekerasan seksual yang dilakukan
Penulis: Jenderal Louis MR | Editor: Fandi Wattimena
Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Jenderal Louis
AMBON, TRIBUNAMBON.COM – Sebuah tuntutan ditujukan kepada Seorang oknum guru di Kabupaten Kepulauan Tanimbar berinisal MYM.
MYM dituntut pidana penjara seumur hidup oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) atas dugaan tindak pidana kekerasan seksual yang dilakukan secara keji terhadap enam anak didiknya.
Kasus ini mencoreng dunia pendidikan dan menyisakan luka mendalam bagi para korban yang masih belia.
Pj. Kasi Intel Kejari Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Garuda Cakti Vira Tama, menegaskan bahwa tuntutan ini adalah bentuk komitmen Kejaksaan untuk memerangi kejahatan seksual terhadap anak tanpa kompromi.
"Kami menegaskan komitmen Kejaksaan Negeri Kabupaten Kepulauan Tanimbar dalam memberantas segala bentuk kekerasan seksual terhadap anak," tegas Vira dalam keterangan pers yang diterima TribunAmbon.com, Jumat (13/6/2025).
Dalam persidangan yang digelar pada Rabu, 11 Juni 2025, di Pengadilan Negeri Saumlaki, JPU membacakan tuntutan yang mengejutkan.
Baca juga: Jelang Hari Bhayangkara ke-79, Polresta Ambon Gelar Pemeriksaan Kesehatan Gratis tuk Pengemudi Ojek
Baca juga: Sehari Pasca Dibongkar, Pedagang Kembali Berjualan Pasar Bongkar Kota Bula
Bagaimana tidak, seorang tenaga pendidik yang seharusnya menjadi mercusuar moral dan pelindung anak-anak, justru berubah menjadi predator.
MYM alias M tega menyalahgunakan jabatan dan kepercayaan yang diberikan kepadanya untuk melampiaskan nafsu bejatnya kepada anak-anak yang berada di bawah asuhannya.
Berdasarkan hasil penyidikan dan fakta di persidangan, terungkap bahwa MYM alias M melakukan kekerasan seksual terhadap sedikitnya enam anak dalam kurun waktu hanya empat bulan, dari Agustus hingga November 2024.
Lebih dari 21 kali perbuatan terkutuk itu terjadi di berbagai lokasi, termasuk rumah warga dan bahkan ruang perpustakaan sekolah tempat ia mengajar.
Mirisnya, aksi bejat ini dilakukan secara sistematis, memanfaatkan relasi kuasa sebagai guru dan pembantu kesiswaan.
Modus operandinya pun sangat licik: tipu muslihat, bujuk rayu, ancaman kekerasan, hingga paksaan psikologis.
"Bahkan, dalam beberapa kasus, terdakwa memaksa korban untuk melakukan perbuatan cabul dengan korban lainnya, di bawah pengawasan dan pengarahan terdakwa sendiri," jelas Vira.
Perbuatan terdakwa tidak hanya menjatuhkan martabat profesi guru, tetapi juga meninggalkan luka batin mendalam bagi para korban dan keluarga mereka.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.