Jembatan Ambruk

Jembatan Rumadian-Dian Rusak, Eleujaan Siapkan Longboat: Anak Sekolah Gratis, Dewasa Seikhlasnya

Joko Eleujaan, pria asal Ohoi Dian Kecamatan Hoat Sorbay pakai longboat tuk bantu anak sekolah hingga pekerja tuk menyeberang sungai.

Megarivera Renyaan
AKSES PENYEBRANGAN LONGBOAT -- Joko Eleujaan (40) sediakan jasa penyeberangan longboat Rumadian-Dian Pulau, dibayar seikhlasnya, Rabu (23/4/2024). 

Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Megarivera Renyaan

LANGGUR, TRIBUNAMBON.COM – Sejak fajar menyingsing, Joko Eleujaan, lelaki paruh baya asal Ohoi Dian, Kecamatan Hoat Sorbay, Kabupaten Maluku Tenggara (Malra), sudah terlihat sibuk hilir mudik, menunggu penumpang yang hendak menyeberang.

Bagi warga setempat, Joko bukan sekadar nelayan biasa.

Dia kini menjadi harapan di tengah kesulitan yang mereka hadapi setelah ambruknya jembatan penghubung Rumadian-Dian pada 11 Maret 2025 lalu.

Sebelumnya, warga yang ingin menyeberang ke ohoi lain atau menuju pusat kota terpaksa menempuh perjalanan jauh, memutar sejauh 19 kilometer.

Baca juga: Terkait Anggaran Perbaikan Jembatan Rumadian-Dian, DPRD Malra Bakal Koordinasi dengan Pemprov Maluku

Baca juga: Sudah Tak Layak, Jembatan Penghubung Rumadian-Dian Akan Diperbaiki Total

Namun, Joko, dengan penuh keikhlasan, berinisiatif menyediakan longboat berkapasitas tujuh orang untuk membantu menyeberangkan mereka dengan cepat.

Dalam waktu hanya tiga menit, penumpang sudah tiba di seberang dengan selamat.

Bukan hanya warga setempat, jasa longboat Joko juga dimanfaatkan oleh anak sekolah, pekerja, pedagang, guru, hingga pegawai kantoran.

Namun, di waktu-waktu tertentu, antrean penumpang cukup panjang, terutama pada jam pulang sekolah.

Pada Rabu sore, 23 April 2025, saat TribunAmbon.com menyambangi kawasan penyebrangan, dua anak sekolah tampak nekat melintasi jembatan yang sudah rusak.

Melihat hal tersebut, Joko dengan sigap menghampiri dan menegur mereka.

"Untuk anak sekolah, tidak dikenakan tarif. Bagi penumpang lain, bayarnya seikhlasnya, kalau ada," ujarnya sambil tersenyum, penuh ketulusan.

Bagi Joko, meski sehari-hari ia bekerja sebagai nelayan, ia merasa terpanggil untuk membantu sesama setelah jembatan ambruk.

"Biasanya, bensin saya beli sendiri. Sehari minimal tiga liter pertalite, dengan harga eceran Rp 15 ribu per liter, jadi totalnya Rp 45 ribu per hari," ungkapnya dengan rendah hati.

Meski begitu, dalam sehari, Joko bisa mengantongi hingga Rp 100 ribu dari penumpang yang menggunakan longboatnya.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved