Kisah
Cerita Bang Ozan Soroi di Tanjung Yapana, Momo Bagor: Rangkul Samua Orang
Kurang lebih itulah yang digambarkan Safwan Hayoto mengawali kisah masa kecilnya dengan Bupati Maluku Tengah periode 2025-2030, Zulkarnain Awat Amir,
Penulis: Silmi Sirati Suailo | Editor: Fandi Wattimena
Laporan Jurnalis TribunAmbon.com, Silmi Sirati Suailo
MASOHI, TRIBUNAMBON.COM - Bila tiba musim hujan, ombak di pantai Seram Selatan menjadi tinggi.
Dentumannya menggelegar saat menyentuh bibir pantai.
Menakutkan, namun menarik bagi siapapun yang bernyali menantang ombak.
Kurang lebih itulah yang digambarkan Safwan Hayoto mengawali kisah masa kecilnya dengan Bupati Maluku Tengah periode 2025-2030, Zulkarnain Awat Amir, Senin (17/2/2025).
Berlatar di Negeri Tehoru Maluku Tengah; dua jam perjalanan dari Ibu Kota Masohi, Safwan yang kerap disapa Momo Bagor (54) menyentil satu kisah akan kecintaan Zulkarnain Awat semasa kecil.
"Soroi" sebutan masyarakat Seram Selatan untuk aktivitas berselancar di bibir pantai. Kecintaan anak kecil hingga para pemuda wabil khusus bila musim hujan tiba atau sebutan lokalnya musim timur.
"Dolo Beta (saya) deng antua (beliau) jaga pigi soroi. Waktu itu musim timur besar lai antua minta antua punya mama sagu dua lempeng par bawa ke Tanjung Yapana Tehoru. Lai Beta Deng antua pigi," tutur Momo Bagor.
Baca juga: Celoteh Bang Ozan tuk Momo Ambran Jadi Motivasi Menuju Puncak Kepemimpinan di Maluku Tengah
Suasana tepi pantai saat itu nampaknya sudah ramai, Bang Ozan kemudian meminta Momo Bagor untuk mencari papan seukuran tubuhnya kala kecil dulu.
"Antua bilang coba ose (kamu) pigi cari papan satu par Beta la Beta soroi sadiki dolo. Waktu itu antua masih kecil, lai Beta pi (pergi) cari lai dapa. Antua bilang padahal soroi ni jua bagus lai," cerita Momo Bagor sambil sesekali menyeka air mata.
Kurang lebih tiga kali soroi, Bang Ozan memutuskan untuk istirahat dan memakan bekal dua sagu lempeng yang dibawa dari rumah.
"Antua bilang makang sagu dolo, lai Beta bilang kalau begitu Beta naik kelapa dolo, barang dua buah ka la Katong minum air dg makan kalapa muda," sambungnya.
Usai makan perbekalan mereka beranjak ke Yapana Gunung untuk mencari durian. Jaraknya kurang lebih 15 menit perjalanan.
"Lai Beta bilang antua kalo bisa katong ke Yapana Gunung lai cari-cari duriang sadiki dolo. Jang sampe dapa barang empat buah ka, lai Katong pigi cari Duriang sampe di air mendidih. Ada enam buah yang didapat kala itu," ujar pria paruh baya itu.
Sesampainya di rumah, derap kaki terdengar rupanya ada orang tua dari Bang Ozan. Enam buah durian tadi akhirnya diberikan semuanya ke Bang Ozan dan ibu bapaknya.
"Nanti antua deng antua bapa mama makan jua ke Beta jua su pastiu makan durian. Asal par ose saja, kalo Katong ni ewang langsung dapa le," tukasnya kental dengan dialek Tehoru.
Sembari bercerita, Momo Bagor kembali mengenang kisahnya dengan Bang Ozan saat memancing.
"Antua ajak pigi mangael-mangael karena pastiu dalam rumah. Lai antua dapa ikan enam ekor ikan bubara kecil dg ikan kapas-kapas. Lai antua bilang ini jadi jua, kalau par tola-tola bagus ini. Lai beta bilang jadi oo asal beli suami barang dua buah ka, la katong bakar di pante saja," ingatnya.
Di mata Momo, Bang Ozan adalah anak kampung yang suka berpetualang dan tantangan.
Lebih dari itu, Ozan kecil punya semangat dan mimpi besar yang mungkin terwujud kini.
Di akhir cerita, Momo Bagor berpesan agar Bang Ozan dalam menjalani tugasnya harus bisa merangkul semua masyarakat Malteng.
"Beta pung pesan kalau sudah jadi bupati jangan lihat masyarakat Tehoru sendiri. Yang janji-janji saat kampanye harus direalisasikan. Masalah lawan yang kemarin berkompetisi dalam pilkada, harus tetap rangkul samua orang. Kalau beta yang petani ini semoga ada bantuan mesin potong rumput dan peralatan kebun, itu saja," harap Momo Bagor. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.