Perundungan di Ambon

Soal Dugaan Perundungan di SMA N 1 Ambon, Kepsek: Itu Cuman Iseng Saja

Lanjutnya, kejadian pemukulan yang berlanjut saat korban bersama orang tuanya tengah menuju Mapolresta untuk melapor ditegaskan bukan dilakukan oleh s

|
Penulis: Maula Pelu | Editor: Fandi Wattimena
TribunAmbon.com/ Maula Pelu
Kepala SMA 1 Ambon, A.R. Tahalele 

Laporan Wartawan TribunAmbon.com - Maula Pelu

TRIBUNAMBON.COM - Kepala SMA 1 Ambon, A.R. Tahalele mengaku aksi yang disebut perundungan oleh Lusia Peilow  selaku orang tua tidak sepenuhnya benar.

Menurutnya, itu hanya candaan antar siswa yang normal terjadi dan itu pun diakui oleh orang tua.

"Dia baru pernah melakukan perbuatan seperti ini, itu cuman iseng saja," katanya ketika dikonfirmasi TribunAmbon.com, Selasa (19/11/2024).

Lanjutnya, kejadian pemukulan yang berlanjut saat korban bersama orang tuanya tengah menuju Mapolresta untuk melapor ditegaskan bukan dilakukan oleh siswa SMA 1 Ambon.

Pihaknya pun tengah mencari tahu siapa orang yang melakukan pemukulan di luar lingkungan sekolah itu.

Sementara itu, jalan mediasi telah ditempuh dan berujung damai.

Laporan polisi kemudian akan dicabut, termasuk surat terbuka yang ditembuskan ke Komnas HAM Perwakilan Maluku.

Baca juga: Perundungan di SMA Negeri 1 Ambon: Siswa Dikeroyok Hingga Dikejar Saat Akan Melapor Polisi

Baca juga: Harga Ikan di Pasar Langgur Maluku Masih Mahal,  Ada yang 50 Ribu Per Tumpuk

"Beliau mau cabut surat itu akrena masalahnya sudah diselesaikan tadi," tandasnya.

Terkait mediasi, Lusia Peilouw yang dikonfirmasi TribunAmbon.com belum memberikan tanggapan.

Diberitakan sebelumnya, melalui surat terbuka, Lusia Peilow mengungkap aksi perundungan yang terjadi di SMA Negeri 1 Ambon.

Korban tak lain adalah anak kandungnya yang baru duduk di kelas XII.

Dijelaskan, anaknya dihajar oleh sejumlah siswa lainnya di dalam ruang kelas F13 sekitar pukul 07.10 WIT, Sabtu (16/11/2024).

Setelah dihajar, para siswa itu meninggalkan korban beberapa saat sebelum bel masuk berbunyi.

"Begitu bel sekolah berbunyi, guru masuk kelas dan mengajar, tanpa tahu bahwa satu dari siswa yang hadir pada saat itu baru saja dirudung, dihajar habis-habisan. Anak saya yang tubuhnya tidak pernah terkena rotan, harus mengikuti proises belajar dengan menahan sakit kepala dan sakit di badannya akibat dikeroyok preman-preman itu," tulis Peliouw dalam surat terbuka yang diterima TribunAmbon.com, Senin (18/11/2024) malam. 

Usai jam pelajaran, barulah ketua kelas dan ketua osis menyampaikan kejadian apa yang dialami korban kepada guru dan diteruskan ke Bimnbingan Konseling (BK).

Mendapat informasi kejadian, dirinya langsung ke sekolah dan mendengar cerita perundungan itu.

Kondisi anaknya pun didapati kesakitan hingga takut saat keluar dari ruang BK.

Cerita premanisme tak sampai disitu, bersama anaknya yang hendak melapor ke Mapolresta Ambon dibuntuti oleh dua orang siswa menggunakan satu sepeda motor.

Setiba di area depan Kafe Voila, mereka mendekat dan sempat melayangkan pukulan kepada korban hingga nyaris terjatuh.

Lantas dua siswa itu melarikan diri.

"Ini bentuk teror dari preman, ko bisa siswa SMA Negeri 1 Ambon ada yang seperti itu," katanya heran.

Dari kejadian itu, Peilouw mempertanyakan keberadaan dan tanggung jawab kepala sekolah dan para guru dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang nyaman dan kondusif.

Juga meminta Dinas Pendidikan Maluku mengevaluasi proses pendidikan di SMA Negeri 1 Ambon secara menyeluruh. (*)

 

Sumber: Tribun Ambon
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved