Perundungan di Ambon
Maraknya Kasus Perundungan di Ambon, DPRD Sebut Pentingnya Pendidikan Karakter Anak
Saudah Tuankotta Tethool sebut maraknya kasus perundungan di lingkungan sekolah lantaran minimnya pendidikan karakter bagi anak.
Penulis: Mesya Marasabessy | Editor: Salama Picalouhata
Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Mesya Marasabessy
AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Ketua Komisi IV DPRD Provinsi Maluku, Saudah Tuankotta Tethool sebut maraknya kasus perundungan di lingkungan sekolah lantaran minimnya pendidikan karakter bagi anak.
Sebut saja untuk kasus perundungan di SMA Negeri 1 Ambon yang baru-baru ini terjadi, itu bisa jadi salah satu penyebab.
“Padahal kita orang dulu-dulu di Maluku itu tidak kenal perundungan. Kita sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan,” kata Saudah kepada TribunAmbon.com, Selasa (19/11/2024).
Untuk itu, pendidikan karakter anak sangat diperlukan untuk ditanamkan sejak dini.
Baik dari lingkungan sekolah maupun dorong dari keluarga masing-masing siswa.
“Karena itu tergantung didikan guru. Jadi pendidikan karakter di sekolah itu penting termasuk orang tua di rumah itu harus berperan penting juga. Sehingga dari luar dan dalam bisa terbentuk dengan baik,” ungkapnya.
“Menyangkut karakter anak-anak yang ada di lingkungan pendidikan yang harus ditanamkan karakter. Karakter yang tertanam itu harus bagaimana mentalitas anak harus saling menghargai karena sekarang anak-anak kita sudah ikut-ikutan trend bahwa seakan-akan siapa yang kuat dan siapa yang lemah padahal di dalam lingkup sekolah itu harus menanamkan rasa kekeluargaan maupun persaudaraan,” imbuhnya.
Diberitakan, Melalui surat terbuka, Lusia Peilow mengungkap aksi perundungan yang terjadi di SMA Negeri 1 Ambon.
Korban tak lain adalah anak kandungnya yang baru duduk di kelas XII.
Dijelaskan, anaknya dihajar oleh sejumlah siswa lainnya di dalam ruang kelas F13 sekitar pukul 07.10 WIT, Sabtu (16/11/2024).
Setelah dihajar, para siswa itu meninggalkan korban beberapa saat sebelum bel masuk berbunyi.
"Begitu bel sekolah berbunyi, guru masuk kelas dan mengajar, tanpa tahu bahwa satu dari siswa yang hadir pada saat itu baru saja dirudung, dihajar habis-habisan. Anak saya yang tubuhnya tidak pernah terkena rotan, harus mengikuti proises belajar dengan menahan sakit kepala dan sakit di badannya akibat dikeroyok preman-preman itu," tulis Peliouw dalam surat terbuka yang diterima TribunAmbon.com, Senin (18/11/2024) malam.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.