Maluku Legend
Ini Nasi Pulut Legend di Kota Ambon, Jualan Sejak Harga Masih 100 Perak
2024 ini, terhitung 50 tahun sudah pemilik nama lengkap Selviana Malaiholo itu melapak di kawasan Jalan Anthony Reebok tepatnya di sebelah kanan Rumah
Penulis: Mesya Marasabessy | Editor: Fandi Wattimena
Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Mesya Marasabessy
AMBON, TRIBUNAMBON.COM - 100 perak, itu harga yang dibandrol untuk seporsi nasi pulut yang dijajakan Mama An kala itu; sekitar tahun 1974.
2024 ini, terhitung 50 tahun sudah pemilik nama lengkap Selviana Malaiholo itu melapak di kawasan Jalan Anthony Reebok tepatnya di sebelah kanan Rumah Sakit Sumber Hidup - GPM, Kota Ambon.
Pecinta kuliner berbahan beras ketan begitu familiar dengan harum serikaya dan legit nasi pulutnya.
Sekiranya pantas label legend disematkan para pelanggan kepadanya.
Diusianya yang sudah 70 tahun itu, Mama An masih bisa melayani para pelanggannya.
Tangannya pun masih lincah mengemas dengan rapi dan cepat.
Kepada TribunAmbon.com, Wanita kelahiran 25 September 1954 itu menuturkan, sejak pertama kali berjualan hingga sekarang, ramainya pembeli masih tetap sama.

Baca juga: Nasi Kelapa Nene Jo’o Jadi Legend di Negeri Hitu
Setiap harinya, Mama An sering menghabiskan 11kg beras ketan paling sedikit, atau 15kg paling banyak untuk menjual nasi pulut dengan campuran unti dan srikaya itu.
“Waktu pertama buka juga masih ramai sekali dulu itu juga saking terlalu ramai sampai ada yang lupa bayar tapi saya biarkan saja nanti pasti mereka balik bayar lagi,” tuturnya.
Saking legendnya Nasi Pulut buatan Mama An, tak jarang banyak sekali tamu-tamu dari luar kota datang untuk menyantap nasi pulut buatannya.
Bahkan pelanggannya kini ada yang sudah berprofesi menjadi dokter, profesor, dan lainnya.
Tak jarang setiap bertemu, mereka selalu memperkenalkan diri kepada Mama An.
“Pelanggan saya sekarang ada yang datang tanya oma kenal saya tidak? Saya tanya siapa? Mereka bilang saya yang dulu biasa beli nasi pulut dari oma disini sekarang saya sudah jadi dokter, ada yang jadi profesor,” terang Mama An.
Mama An bercerita, sejak mulai berjualan, ia tak pernah mau mengambil untung berlebih.
Itulah mengapa Mama An masih menjual dengan harga Rp5 ribu per porsi meski penjual lainnya sudah menjual dengan harga rerata Rp10 ribu.
Menurutnya, berjualan makanan jangan mau mencari keuntungan yang besar, terlebih harus mengutamakan cita rasa dan kelezatan pada masakan.
“Saya jualan tidak pernah taru untung, itulah sampai banyak langganan tidak kecewa dengan nasi pulut saya ini. Soal untung itu belakangan yang penting dagangan lancar,” ucapnya.
50 tahun lebih berjualan tentu berbagai macam suka duka telah Mama An lewati.
Tak jarang, sesekali Mama An harus menghadapi kondisi rugi yang dimana barang jualannya tidak laku terjual semua.
Jika tidak habis, Mama An akan membagikan nasi pulut kepada para tetangga, keluarga, maupun kerabat yang kebetulan lewat.
Intinya, Mama An tak ingin nasi pulutnya tertinggal, harus dihabiskan meski dengan cara dibagi-bagikan.
“Kalau sesekali tidak habis malah bagi ke tetangga, keluarga. Pokoknya oma maunya jualannya habis. Kalau ada orang beli ditambah, kalau ada orang yang lewat tegur oma kasih satu porsi. Oma juga tidak rasa rugi karena yakin dapat berkat dari situ. Jadi dari hal-hal begitu yang membuat kita terberkati,” urai Mama An.
Dari hasil jualan, Mama An akhirnya menyekolahkan anak pria semata wayangnya Mourits Malaiholo hingga kini bisa menjadi seorang pendeta di Gereja Protestan Maluku (GPM).
Tak hanya itu, Mama An juga berhasil merenovasi rumah, dan membangun rumah yang baru untuk anaknya, serta membeli mobil angkut untuk menambah perekonomian keluarga.
“Puji tuhan, anak saya waktu sekolah juga minta apa saja pasti saya turuti karena dari hasil jualan ini,” tandas Mama An.
Nasi Pulut Mama An dijual setiap hari pukul 07.00 WIT hingga pukul 08.00 sampai 11.00 WIT tergantung cepat atau lambat habisnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.