Nasional
Imbas Rupiah Melemah di Level Rp 16 Ribu, Utang Indonesia Membengkak Jadi Rp 6.603 Triliun
Jika asumsi kurs rupiah Rp 16.278, maka posisi ULN Indonesia mencapai sekira Rp 6.630 triliun.
TRIBUNAMBON.COM - Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia meningkat imbas nilai tukar rupiah melemah.
Saat ini, Bank Indonesia (BI) mencatat ULN Indonesia pada Februari 2024 sebesar 407,3 miliar dolar AS.
Jika asumsi kurs rupiah Rp 16.278, maka posisi ULN Indonesia mencapai sekira Rp 6.630 triliun.
Berdasarkan data BI angka tersebut tumbuh sebesar 1,4 persen bila dilihat secara tahunan atau year-on-year (yoy). Meningkat dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya yang tumbuh 0,2 persen yoy.
Baca juga: Meski Kena Imbas Konflik Iran – Israel, Menteri ESDM Pastikan Tak Naikan Harga BBM hingga Juni 2024
Baca juga: 2,7 Juta Warga Indonesia terlibat Judi Online, Paling Banyak Anak Muda
"Peningkatan tersebut terutama bersumber dari sektor publik, baik pemerintah maupun bank sentral," ujar Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono dalam keterangan resmi, Jumat (19/4/2024).
Perkembangan posisi ULN juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap beberapa mata uang global, termasuk Rupiah. Menurut BI, ULN pemerintah tetap terkendali dan dikelola secara terukur, efisien, dan akuntabel.
"Posisi ULN pemerintah pada Februari 2024 tercatat sebesar 194,8 miliar dolar AS, atau tumbuh 1,3 persen (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan 0,1 persen (yoy) pada bulan sebelumnya," tambah Erwin.
Perkembangan ULN tersebut terutama disebabkan oleh penarikan pinjaman luar negeri, khususnya pinjaman multilateral, untuk mendukung pembiayaan beberapa program dan proyek pemerintah.
Sebagai salah satu komponen dalam instrumen pembiayaan APBN dan dalam rangka melanjutkan momentum pertumbuhan ekonomi, pemanfaatan ULN terus diarahkan untuk mendukung upaya Pemerintah dalam pembiayaan sektor produktif serta belanja prioritas.
"ULN pemerintah tetap dikelola secara hati-hati, kredibel, dan akuntabel untuk mendukung belanja," tutur Erwin.
Antara lain pada sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (21,1 persen dari total ULN pemerintah); Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib (18,1 persen); Jasa Pendidikan (16,9 persen); Konstruksi (13,7 persen); serta Jasa Keuangan dan Asuransi (9,7 persen).
Posisi ULN pemerintah relatif aman dan terkendali mengingat hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,98 persen dari total ULN pemerintah.
ULN swasta melanjutkan kontraksi pertumbuhan. Posisi ULN swasta pada Februari 2024 tercatat stabil pada kisaran 197,4 miliar dolar AS. Secara tahunan, ULN swasta mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 1,3 persen (yoy), melanjutkan kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 2,3 persen (yoy).
Kontraksi pertumbuhan ULN tersebut bersumber dari lembaga keuangan (financial corporations) dan perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations), masing-masing sebesar 1,3 persen (yoy).
Berdasarkan sektor ekonomi, ULN swasta terbesar berasal dari sektor Industri Pengolahan; Jasa Keuangan dan Asuransi; Pengadaan Listrik, Gas, Uap/Air Panas, dan Udara Dingin; serta Pertambangan dan Penggalian, dengan pangsa mencapai 78,3 persen dari total ULN swasta.
SP PLN Apresiasi Sikap DPR RI Batalkan RUU EBET Power Wheeling yang Dinilai Lebih Besar Mudaratnya |
![]() |
---|
Setor Dividen Rp 3,09 Triliun, Kementerian BUMN Dukung PLN Lanjutkan Transformasi Bisnis |
![]() |
---|
Serikat Pekerja PT PLN: Eloknya, Pembahasan RUU EBET Dilanjutkan pada Masa Rezim Baru |
![]() |
---|
Dijenguk Jokowi, Prabowo: Terimakasih Sudah Berikan Dukungan Moril dan Doa ke Saya |
![]() |
---|
Prabowo Jalani Operasi di RSPPN Soedirman, Ternyata Cedera saat jadi Prajurit TNI pada 1980an |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.