Konflik Palestina Israel

Houthi Ancam Bakal Serang Lebih Banyak Kapal Perang Inggris dan Amerika di Laut Merah

Kelompok Houthi, yang menguasai wilayah terpadat di Yaman, telah meluncurkan drone dan rudal ke kapal-kapal di Laut Merah dan Teluk Aden sejak 19 Nove

Editor: Adjeng Hatalea
zoom-inlihat foto Houthi Ancam Bakal Serang Lebih Banyak Kapal Perang Inggris dan Amerika di Laut Merah
Courtesy / Tangkapan Layar Al Jazeera
Milisi Houthi Yaman menyatakan pihaknya merencanakan serangan lebih lanjut terhadap kapal perang Amerika Serikat dan Inggris.

TRIBUNAMBON.COM - Milisi Houthi Yaman menyatakan pihaknya merencanakan serangan lebih lanjut terhadap kapal perang Amerika Serikat dan Inggris.

Pernyataan yang dirilis pada Rabu (31/1/2024) ini, mengatakan semua kapal perang AS dan Inggris yang berpartisipasi dalam “agresi” terhadap Yaman adalah sasarannya.

Pernyataan tersebut memicu kekhawatiran atas meningkatnya ketegangan dan gangguan terhadap perdagangan dunia.

Kelompok Houthi, yang menguasai wilayah terpadat di Yaman, telah meluncurkan drone dan rudal ke kapal-kapal di Laut Merah dan Teluk Aden sejak 19 November.

Houthi mengatakan serangan tersebut merupakan respons terhadap operasi militer Israel di Gaza.

AS dan Inggris telah menyerang balik sasaran-sasaran Houthi di Yaman ketika mereka berpatroli di Laut Merah dalam koalisi angkatan laut yang telah melakukan banyak serangan dengan kelompok Yaman.

Pada Selasa (30/1/2024), Houthi menembakkan rudal ke kapal perang AS USS Gravely.

Komando Pusat AS mengatakan pasukannya telah menembak jatuh sebuah rudal jelajah antikapal.

Pada Rabu, AS mengatakan pasukannya menghancurkan rudal permukaan-ke-udara yang siap diluncurkan.

"Pasukan Amerika mengidentifikasi rudal tersebut di wilayah Yaman yang dikuasai Houthi dan memutuskan bahwa rudal tersebut merupakan ancaman terhadap pesawat AS,” kata Komando Pusat.

Pukulan ekonomi

Serangan Houthi telah menambah elemen ekonomi global pada kekacauan yang timbul akibat perang di Gaza.

Beberapa perusahaan pelayaran telah menunda transit melalui Laut Merah, yang diakses dari Teluk Aden, dan malah menempuh perjalanan yang lebih lama dan mahal mengelilingi Afrika untuk menghindari serangan.

Baca juga: AS Bantah Klaim Houthi Yaman yang Ngaku Serang Kapal Kargo Militernya di Teluk Aden

Kelompok Houthi mengatakan mereka akan melanjutkan operasi militer mereka sampai gencatan senjata disepakati di Jalur Gaza dan makanan serta obat-obatan diizinkan masuk ke wilayah tersebut untuk meringankan krisis kemanusiaan.

Mereka bersikeras bahwa mereka siap untuk menggali dalam jangka panjang.

Pada Selasa, Mohamed al-Atifi, komandan pasukan Houthi, mengatakan: “Kami siap untuk konfrontasi jangka panjang dengan kekuatan tirani. Amerika, Inggris dan mereka yang berkoordinasi dengan mereka harus menyadari kekuatan keputusan kedaulatan Yaman dan tidak ada perdebatan atau perselisihan mengenai hal tersebut.”

Menanggapi serangan tersebut, pemerintah AS menetapkan kembali milisi Houthi sebagai “teroris global yang ditetapkan secara khusus”, dan di tengah ancaman gangguan pengiriman yang berkepanjangan, Menteri Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan pada hari Rabu bahwa blok tersebut bertujuan untuk meluncurkan angkatan lautnya sendiri di Laut Merah. 

Serikat pekerja yang beranggotakan 26 orang tersebut menolak untuk bergabung dengan koalisi AS yang dibentuk pada bulan Desember karena kekhawatiran beberapa negara bagian akan beroperasi di bawah kendali Washington.

Borrell mengatakan para menteri pertahanan harus memutuskan pada hari Rabu, sehari sebelum pertemuan Dewan Eropa, mengenai negara mana yang akan memimpin upaya tersebut, serta menguraikan di mana misi tersebut akan bermarkas, siapa yang akan berpartisipasi dan dengan aset apa.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved