Gedung Sekolah Disasi
Sasi Adat Gedung Sekolah SDN Banda Efruan Berujung Siswa Terlantar
Tak ayal, jelang masuk sekolah aktivitas kegiatan belajar mengajar terpaksa dilakukan di rumah warga atau menumpang balai desa setempat.
Penulis: Megarivera Renyaan | Editor: Fandi Wattimena
Laporan Kontributor TribunAmbon.com, Megarivera Renyaan
AMBON,TRIBUNAMBON.COM - Dua bulan sudah Gedung SD Negeri Banda Efruan, Kecamatan Kei Besar Utara Timur, Kabupaten Maluku Tenggara (Malra) dipalang secara adat (Sasi).
Pemasangan sasi diketahui berlangsung saat musim liburan sekolah, awal September 2023.
Tak ayal, jelang masuk sekolah aktivitas kegiatan belajar mengajar terpaksa dilakukan di rumah warga atau menumpang balai desa setempat.
Diketahui, sasi adat itu buntut pergantian kepala sekolah lama ke yang baru, yang dinilai cacat prosedural dan tak sesuai mekanisme yang sebenarnya.
Pertarungan kekuatan antara kubu kepsek lama dan kubu calon kepsek baru yang berujung bangunan SDN Banda Efruan tersebut di sasi adat.
Hal tersebut diungkapkan salah satu warga Temarwut saat menghubungi TribunAmbon.com via sambungan telepon, Rabu (29/11/2023).

Baca juga: Desa Yavawun di Maluku Tenggara Raih Penghargaan Desa Anti Korupsi
Baca juga: Heboh, Ular Piton Bergelantung di Billboard Penghargaan Gubernur Murad Ismail
"Karena kepentingan individu dan kelompok siswa siswi yang berhak menuntut ilmu dan dijamin Undang-Undang harus dikorbankan," Ucap Temarwut.
Menurutnya, sebagai salah satu anak muda yang peduli pendidikan, kami prihatin akan situasi yang sementara terjadi.
"Bayangkan saja anak-anak harus rela apel pagi di gang sempit rumah warga, belajar seadanya padahal ada fasilitas negara yang sengaja di sasi adat, di mana hati nurani kalian," Kesalnya.
"Malahan sasi yang dipandang sakral lantas diterobos oleh pihak yang tidak bertanggungjawab entah dengan tujuan dan maksud apa," terangnya.
Hingga kini berbagai cara dan jalan sudah ditempuh, namun seolah tak digubris Dinas Pendidikan setempat.
Padahal, permasalahan dan tuntutan warga sederhana jika ada niat baik dari Dinas Pendidikan Malra yang menjadi penengah permasalahan tak mungkin mengorbankan masa depan generasi emas setempat.
"Untuk saat ini 149 siswa terpaksa belajar di rumah warga serta balai ohoi setempat, dengan fasilitas seadanya, kami prihatin dengan kondisi seperti ini," ungkapnya.
Dirinya juga menyayangkan sikap dari Pemerintah Daerah, Dinas Pendidikan bahkan Anggota DPRD Kabupaten Malra yang seolah hilang di saat dibutuhkan masyarakat.
Kami prihatin saja dengan sikap dari stakeholder pemerintahan juga seolah tau tapi pura-pura tak tahu, ada tapi seolah menghilang di balik permasalahan ini,
"Harapan kami cuma sederhana meminta pemda segera mengatasi permasalahan ini, anak-anak kami juga pantas menerima pendidikan yang layak," tandasnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.