Wisata Maluku
Ini Sejarah Batu Lekahatu di Pantai Hunilai Toisapu
Batu Lekahatu yang berdiri tegak diantara batu kali dan pasir putih di Pantai Hunilai ini punya nilai sejarah bagi warga di Negeri Hutumuri.
Penulis: Tanita Pattiasina | Editor: Fandi Wattimena
Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Tanita Pattiasina
AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Batu Lekahatu, di Pantai Hunilai, Dusun Toisapu, Negeri Hutumuri Ambon bukan batu karang biasa.
Batu Lekahatu yang berdiri tegak diantara batu kali dan pasir putih di Pantai Hunilai ini punya nilai sejarah bagi warga di Negeri Hutumuri.
Namanya memang mirip salah satu marga di Maluku, Lekahatu.
Karena nama batu tersebut diambil dari nama salah satu Kapitan di Hutumuri yakni Kapitan Lekahatu.
Berdasarkan tuturan sejarah, Batu ini awalnya berada di puncak Gunung Maot, disitulah tempat pertama Negeri Lounusa atau Hutumuri berada.
Batu ini berada tepat di jalan menuju ke Lounusa, yang oleh warga akan diguling hingga menutup satu-satunya akses masuk ke Negeri Hutumuri bila penjajah menyerang, yakni Portugis ataupun Belanda.
Saat sebelum penyerangan Belanda, para Kapitan dipindah tugaskan oleh Upu Latu Dom Pedro yang saat itu disebut-sebut setia pada Belanda.
Baca juga: Deretan Pantai Cantik di Dusun Toisapu, Bisa Snorkeling Hingga Berkemah
Baca juga: Coral Beach Liang Payer di Toisapu Hadirkan Pesona Tebing Karang dan Pantai Pasir Putih
Seperti Kapitan Domedor ( Monimout ) yang ditugaskan berjaga di Larutu, Kapitan besar Ailohi dan Ina Latu ileironda pindah ke Haleru.
Kemudian Malesi Matakena pindah ke Haha, Kapitan Umar Simenteng pindah ke gunung Tihu dan Kapitan Sohisahulau pindah ke Gunung Maraya.
Sementara Malesi Imam Sababa (Patalala) dan Kapitan Kalaumbar ( Patiasina ) berjaga di Tawasan.
Dan Kapitan Spadu berpindah ke Gunung Hutureng, serta Kapitan Domel Kiusbesy disuruh meminta bantuan ke Kapahaha ( Hitu ).
Tepat di Juli 1628 Belanda menyerang Lounusa.
Meski para pejuang berjuang, namun dengan keterbatasan perlengkapan dan personil, Lounusa kalah.
Dua Kapitan Lounusa juga ditangkap dan dibunuh dengan sadis.
Keduanya yakni Kapitan Latu Siali ( Kesaulia ) dan Kapitan Tomagola.
Kapitan Lekahatu yang melihat Negerinya hancur, kemudian marah.
Pasalnya, Batu yang seharusnya membantu melawan penjajah, bahkan dijaganya tiap saat tak berguna pada akhirnya.
Kapitan Lekahatu kemudian marah dan menendang batu tersebut.
Batu terguling dan berhenti di kaki kali Toisapu yang juga pesisir Pantai Toisapu. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.