Maluku Terkini

Ingatkan Bahaya Gagal Ginjal, RSUP dr. J. Leimena Gelar Webinar Gratis

Adapun webinar yang berlangsung di Ballroom Lt. 4 RSUP. Dr. Johanner Leimena, Kota Ambon dalam rangkap persiapan pembukaan layanan Dialis di rumah

Penulis: M Fahroni Slamet | Editor: Fandi Wattimena
TribunAmbon.com/ Fahroni Slamet
RSUP dr. J. Leimenna Kota Ambon Mengingatkan Bahaya Gagal Ginjal Dalam Webminar Yang Mereka Gelar. Kamis (26/01/2023). 

Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Fahroni Slamet 

AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Dengan Tajuk ‘Gagal Ginjal dan Penatalaksanaanya’, RSUP dr. Johannes Leimena Kota Ambon menggelar Webinar, Kamis (26/01/2023).

Adapun webinar yang berlangsung di Ballroom Lt. 4 RSUP. Dr. Johanner Leimena, Kota Ambon dalam rangkap persiapan pembukaan layanan Dialis di rumah sakit tersebut.

Selain itu, banyak pasang mata yang menyaksikan webinar via Zoom secara gratis.

Tujuannya tentu demi menciptakan masyarakat sehat dan khususnya agar terhindar sekaliogus menjawab semua pertanyaan terkait gangguan ginjal.

Dalam sambutannya, Direktrur Utama RSUP Dr. Johannes Leimena, Drg. Saraswaty MPH menjelaskan terkait gangguan gagal ginjal.

“Gagal ginjal kronik (GGK) adalah penyakit yang bersifat menetap atau tidak bisa normal kembali,” ujar Saraswaty.

Meskipun kondisi yang dialami pasien tak dapat kembali normal, RSUP Leimena lewat terapi dialis masih bisa mempertahankan fungsi ginjal.

“Pasien dengan gagal ginjal kronik memerlukan terapi dialis untuk mempertahankan fungsi gagal ginjal,” lanjutnya.

Adapun tujuan terapi tersebut bisa dengan efektif mengembalikan keseimbangan cairan.

Baca juga: Rakernas BKKBN 2023: Angka Stunting di Maluku Turun

Baca juga: Make Up Gratis ala Wardah, Hanya di Classic Romance Wedding Expo Swiss-Belhotel Ambon

“Nah, dari terapi itu, pasien masih bisa mengeluarkan produk sisa metabolisme dan mempertahankan keseimbamgan cairanya,” ujarnya.

Lanjutnya dalam sambutan, penangan GGK terbagi menjadi 2 tahapan.

Dimana penangan konservatif dan terapi ginjal, penangan konservatif dapat ditempuh dengan obat-obatan, diet, kontrol yang teratur.

Sedangkan terapi pengganti ginjal terdiri dari Hemodialis, peritoneal dialis, dan transpalansi ginjal.

Saraswaty pun sempat menyinggung terkait data GGK di Indonesia.

Sumber: Tribun Ambon
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved