Global

Tanggapan Sri Mulyani soal Aksi Boikot atas Rusia di Pertemuan G20 yang Dipimpin AS

Serangan Rusia ke Ukraina membayangi pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari negara-negara paling maju di dunia G20.

Editor: Adjeng Hatalea
(EPA POOL/MAST IRHAM via AP PHOTO)
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, kiri, menyampaikan pidatonya saat Gubernur Bank Sentral Perry Warjiyo, kanan, mendengarkan pada pembukaan Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 di Jakarta, Indonesia, Kamis, 17 Februari 2022.(EPA POOL/MAST IRHAM via AP PHOTO) 

WASHINGTON DC, TRIBUNAMBON.COM - Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen memimpin aksi “walkout” sekelompok kepala keuangan multinasional pada Rabu (20/4/2022), saat para pejabat Rusia berbicara selama pertemuan G20, dalam protes terbaru Barat atas invasi Rusia ke Ukraina.

Namun Indonesia yang mengetuai G20 tahun ini optimis aksi itu tak mengganggu pembahasan pada substansi agenda.

Serangan Rusia ke Ukraina membayangi pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari negara-negara paling maju di dunia G20.

Agenda ini adalah yang pertama sejak Presiden Vladimir Putin memerintahkan invasi pada akhir Februari.

Pejabat Inggris dan Kanada juga mengambil bagian dalam boikot.

Mereka mengaku aksinya menunjukkan mendidihnya ketegangan dalam pertemuan, yang diadakan untuk mengatasi tantangan global seperti meningkatnya utang dan kemungkinan krisis pangan.

"Beberapa menteri keuangan dan gubernur bank sentral termasuk Menteri Keuangan Ukraina (Sergiy Marchenko) dan Sekretaris Yellen keluar ketika Rusia mulai berbicara pada pertemuan G20," kata seorang sumber yang mengetahui acara tersebut kepada AFP. "Beberapa menteri keuangan dan gubernur bank sentral yang virtual mematikan kamera mereka ketika Rusia berbicara."

Forum yang sangat penting

Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati yang memimpin rapat mengatakan, “walkout: itu dilakukan "tanpa mengganggu...pembahasan kita" pada substansi agenda.

Sayangkan Iptu Thomas Tak Minta Maaf usai Tinju Karyawan Alfamidi, Korban Minta Pelaku Ditindak

"Semua anggota melihat G20 sebagai forum yang sangat penting," katanya kepada wartawan.

“Jadi saya yakin ini tidak akan mengikis kerja sama serta peran G20.” Sebelum pertemuan itu, Menteri Keuangan Jerman Christian Lindner mengatakan negara itu, yang memimpin kelompok demokrasi liberal G7, akan mencoba menemukan titik temu.

Lindner mengesampingkan kesempatan menyediakan "panggung bagi Rusia untuk menyebarkan propaganda dan kebohongan", akan tetapi memilih tidak ikut "walkout".

Sri Mulyani mengakui bahwa badan tersebut menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, tetapi menyerukan kerja sama untuk mengatasi hambatan yang memperlambat pertumbuhan global.

"Ini adalah situasi yang luar biasa," kata Indrawati kepada wartawan setelah pertemuan sepanjang hari itu.

"Ini bukan bisnis seperti biasanya, sangat dinamis dan menantang."

Menurutnya, agar semua bisa pulih bersama dunia membutuhkan kerja sama yang lebih dan lebih kuat lagi.

"G20 masih ... forum utama bagi kita semua untuk dapat berdiskusi dan berbicara tentang semua masalah."

Selama pertemuan itu, Menteri Keuangan Perancis Bruno Le Maire meminta delegasi Rusia untuk menahan diri dari menghadiri sesi tersebut, dengan mengatakan "perang tidak sesuai dengan kerja sama internasional."

G20 yang diketuai Indonesia tahun ini mencakup ekonomi besar seperti Amerika Serikat, China, India, Brasil, Jepang, dan beberapa negara di Eropa, termasuk Rusia.

Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov menghadiri pertemuan itu secara virtual, dan "menyerukan kepada para mitra untuk menghindari politisasi dialog dan menekankan bahwa G20 selalu dan tetap menjadi format ekonomi utama," kata kementeriannya dalam sebuah pernyataan.

Para pejabat keuangan berkumpul di sela-sela pertemuan musim semi Bank Dunia dan IMF di Washington.

Meskipun ada gesekan, Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan kerja sama global "harus dan akan terus berlanjut," Dia menekankan bahwa berbagai masalah yang ada di dunia saat ini "tidak dapat diselesaikan sendiri-sendiri." Georgieva, yang mengepalai sebuah lembaga dengan 189 anggota, mengatakan kepada wartawan: "Saya dapat menjamin fakta bahwa lebih sulit (penyelesaian masalah) ketika ada ketegangan, tetapi itu bukan tidak mungkin."

Kesengsaraan akibat utang

Pertemuan di Washington difokuskan pada bagaimana membantu ekonomi global pulih dari guncangan baru yang disebabkan oleh invasi Rusia ke Ukraina, yang telah mendorong harga makanan dan bahan bakar lebih tinggi.

Hal itu membuat IMF menurunkan prospek pertumbuhan global menjadi 3,6 persen untuk tahun ini.

Negara-negara Barat membalas serangan berdarah dengan sanksi yang dimaksudkan untuk merugikan ekonomi Rusia dan mengubahnya menjadi negara paria.

Presiden AS Joe Biden telah mengusulkan untuk mengeluarkan Rusia dari G20. Tetapi Mark Sobel, mantan pejabat Departemen Keuangan yang sekarang menjadi ketua Forum Lembaga Moneter dan Keuangan Resmi AS, mengatakan kepada AFP bahwa tidak ada mekanisme yang jelas untuk menendang Moskwa keluar, yang pada berbagai tingkat didukung oleh China dan India.

"Saya pikir itu benar-benar menimbulkan pertanyaan mendasar tentang bagaimana Anda akan mengelola pemerintahan global," katanya tentang ketegangan yang ada dalam pertemuan G20 ini.

Kesenjangan juga menjadi pertanda buruk bagi Kerangka Kerja Umum G20 yang dibuat selama pandemi, untuk membantu negara-negara yang berhutang banyak menemukan jalan untuk merestrukturisasi kewajiban mereka.

Sobel menilai langkah itu bisa "gagal" terutama ketika China dan kreditur sektor swasta menarik diri untuk berpartisipasi.

(Kompas.com / Bernadette Aderi Puspaningrum)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved