Ingat Warga Kampung Miliarder Tuban yang Viral Borong Mobil? Kini Menyesal Tak Punya Penghasilan
Nasib warga Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Tuban, Jawa Timur sempat viral mendadak jadi miliarder di awal tahun 2021 kini berbalik.
Penulis: Fitriana Andriyani | Editor: sinatrya tyas puspita
TRIBUNAMBON.COM - Nasib warga Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Tuban, Jawa Timur yang sempat viral mendadak jadi miliarder di awal tahun 2021 kini berbalik.
Warga desa yang berbondong-bondong beli mobil dari hasi jual tanah ke PT Pertamina kini mengaku menyesal.
Penyesalan tersebut ditunjukkan dengan aksi unjuk rasa sejumlah warga di kantor PT Pertamina Grass Root Revenery (GRR) Tuban, Senin (24/1/2022).
Mengutip Kompas.com, Musanam (60) warga Desa Wadung mengaku kehilangan penghasilan setelah menjual tanahnya.
Baca juga: Remaja yang Cabuli Bocah 5 Tahun di Maluku Tengah Jadi Tersangka; Terancam 15 Tahun Penjara
Pasalnya, penghasilan utama Musanam sebelumnya bersumber dari bertani.
Musanam sampai terpaksa menjual beberapa sapi miliknya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
"Dulu punya enam ekor sapi mas, sudah tak jual tiga untuk hidup sehari-hari dan kini tersisa tiga ekor saja," kata Musanam, kepada Kompas.com, Senin (24/1/2022).
Ironisnya, kondisi tersebut bukan hanya dialami Musanam.
Bahkan, hampir semua warga yang menjual tanah mengalami hal yang sama.
Mugi (59) juga nyaris tak memiliki penghasilan setelah lahan pertanian 2,4 hektare miliknya dijual.
Mugi mendapatkan Rp 2,5 miliar lebih dari PT Pertamina.
Baca juga: Belum Mahir Nyetir, Belasan Mobil di Kampung Miliader Tuban Rusak karena Alami Kecelakaan Kecil
Baca juga: Bos Pertamina Rosneft Mengaku Sedih dengan Fenomena Warga Tuban yang Borong Mobil, Ini Sebabnya
Namun, uang sejumlah itu lama-kelamaan terkikis untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Meski sempat menyisihkan sebagian untuk ditabung, Mugi tetap menyesal menjual tanahnya.
"Ya nyesel, dulu lahan saya ditanami jagung dan cabai setiap kali panen bisa menghasilkan Rp 40 juta," kata Mugi, di sela-sela aksi unjuk rasa.
Setelah tanah itu dijual, Mugi tak memiliki pekerjaan dan penghasilan.
"Sejak tak jual saya tidak ada penghasilan," ungkapnya.
Unjuk rasa warga dari 6 desa
sekitar 100 massa yang melibatkan Karang Taruna dari aliansi warga enam desa, berdemo pada Senin (24/1/2022).
Mereka menyoal PT PRPP yang dinilai tidak kooperatif.
Korlap aksi, Suwarno mengatakan, ada lima tuntutan dari masyarakat ring perusahaan.
Pertama, memprioritaskan warga terdampak terkait rekruitmen security (keamanan).
Kedua, semua vendor yang ada di Pertamina di dalam rekruitmen tenaga kerja harus berkoordinasi dengan desa.
Ketiga, sesuai dengan janji dan tujuan pembangunan, Pertamina harus memberi kesempatan dan edukasi terhadap warga terdampak.
Keempat, jika Pertamina bisa mempekerjakan pensiunan yang notabenenya usia lanjut, mengapa warga terdampak yang harusnya diberdayakan malah dipersulit untuk bekerja dengan dalih pembatasan usia.
Kelima, keluarkan vendor maupun oknum di lingkup project pertamina yang tidak pro terhadap warga terdampak.
"Aksi ini adalah buntut dari ketidakterbukaan Pertamina terhadap desa di ring perusahaan."
"Kita mendesak tuntutan direalisasikan," ujarnya kepada wartawan, mengutip TribunJatim.com.
Viral berbondong-bondong beli mobil dari hasil jual tanah

Warga Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban ramai-ramai mendatangkan mobil baru dalam tenggang waktu cukup singkat.
Tak tanggung-tanggung, jumlah mobil yang dipesan mencapai seratusan unit.
Dari rekaman video pendek yang viral, belasan mobil datang secara bersamaan di desa tersebut.
Mobil yang diangkut menggunakan truk towing itu bahkan mendapat pengawalan dari kepolisian.
"Benar terkait warga ramai-ramai beli mobil baru, kabarnya kemarin datang lagi dari Gresik atau Surabaya," kata Kepala Desa (Kades) Sumurgeneng, Gihanto, dikutip dari Tribunnews, Selasa (16/2/2021).
Dia menjelaskan, warga yang membeli mobil itu karena telah mendapat hasil penjualan tanah dari grass root refinery (GRR) kilang minyak yang melibatkan Pertamina-Rosneft, perusahaan asal Rusia.
Rata-rata, warga mendapat uang sebanyak Rp 8 miliar dari penjualan tanah itu.
Sedangkan warga yang memiliki empat hektare lahan mendapat uang sebesar Rp 26 miliar.
Nilai penjualan yang tidak sedikit diyakini membuat warga ingin membeli mobil yang bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Hingga kini mulai sejak warga mendapat pencairan dari penjualan tanah, sudah ada ratusan warga yang membeli mobil.
Bahkan, satu orang ada yang memiliki dua hingga tiga mobil baru.
"Sampai sekarang sudah ada sekitar 176 mobil baru yang datang, terakhir kemarin ada 17 mobil baru," ujar dia.
(TribunAmbon.com/Fitriana Andriyani, Kompas.com, TribunJatim.com, Surya.co.id)