Cerita Bapak Akmal, Tukang Sol Sepatu yang Bertahan Hidup di Kota Ambon, Sudah 15 Tahun Merantau

Dia mengaku, pertama kali merantau ke Kota Ambon mengikuti temannya yang sudah duluan mencari hidup di bumi Raja-raja ini. Saat dia berumur 17 tahun.

Penulis: Ode Alfin Risanto | Editor: Salama Picalouhata
Ode Alfin Risanto
La Eni (32), tukang sol sepatu di Pasar Mardika, Kota Ambon. 

Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Alfin Risanto

AMBON,TRIBUNAMBON.COM - Kisah hidup La Eni (32) patut diacungi jempol dan dijadikan motivasi hidup bagi anak muda lainnya.

Ayah tiga anak asal Buton ini sudah 10 tahun berprofesi sebagai tukang sol (reparasi) sepatu di Kota Ambon.

Ia menjajaki usahanya di Pasar Mardika, Kota Ambon.

Usahanya ini, sudah ditekuni sejak 2012 silam.

Diwawancarai tribunambon.com, pria yang biasa disapa Bapak Akmal ini, menceritakan kisahnya.

Dia mengaku, pertama kali merantau ke Kota Ambon mengikuti temannya yang sudah duluan mencari hidup di bumi Raja-raja ini.

Saat itu, dia masih berusia 17 tahun. Dia datang dengan tekad membantu orang tuanya di kampung.

"Saya kesini sekitar 2006 , saat masih umur 17 tahun. Namanya keluarga kurang mampu jadi sekolah tidak bisa sampai ke jenjang yang lebih tinggi, jadi harus bisa bekerja bantu orang tua di kampung," jelas dia, Minggu (28/11/2021).

Saat pertama kali tiba di Ambon, dia tak langsung bekerja sebagai tukang sol sepatu.

Bapak Akmal mulanya bekerja sebagai penarik becak milik salah satu pengusaha.

Tahun itu,  diakuinya penghasilannya lumayan, yakni berkisar Rp 30 ribu hingga Rp 50 ribu setiap harinya.

"Meskipun penghasilan tidak seberapa, namun di tahun itu, jumlahnya terbilang besar. Saya masih ingat karena belum ada keterampilan, saya harus menarik becak karena pekerjaan itu paling mudah," terangnya.

Usai tarik becak, malamnya dia harus menjual buah langsat di Pantai Losari.

Hal ini dilakukan untuk membantu keuangan orang tua di kampung sekaligus membiayai sekolah adiknya.

"Uang yang saya dapat sebagian saya tabung untuk buka usaha dan sebagaian dikumpulkan untuk tiap bulannya kirim ke orang tua," ucapnya.

Kemudian, Bapak Akmal mencoba menggeluti usaha sol sepatu setelah melihat teman sekampung yang yang sudah duluan membuka jasa tersebut.

"Iya pada tahun 2012 saya mulai belajar dan tahun 2013 saya sudah mulai membuka tempat sol sepatu sendal sendiri di lorong tikus Pasar Mardika ini," ujarnya sambil menjahit sepatu pesanan orang.

Meskipun tidak seberapa penghasilan dari sol sepatu, namun pekerjaan ini cukup dicintainya dari semua pekerjaan yang pernah dikerjakan oleh pria berbadan kurus ini.

Bahkan dari usahanya itu, dia mampu membuka kios untuk istrinya dan satu lagi tempat sol sepatu yang tak jauh dari tempat jualannya saat ini.

Bapak Akmal sempat bingung, pada saat pemerintah menyatakan bahwa virus Covid-19 menyerang Indonesia dan menutup semua bandara, pelabuhan, serta memberlakukan pembatasan di pasar tempatnya bekerja.

Namun, itu sumua tidak membuat pria beranak tiga ini berhenti bekerja.

"Intinya kita harus bekerja keras, untung dan ruginya semua dari kita yang mengelolahnya," katanya.

"Yang penting halal, tuhan pasti menuntun kita ke keberhasilan,imbuhnya.

Sembari menjahit pesanan orang, dia berharap anak muda tidak terlalu berharap dengan PNS atau bekerja swasta, "kalau bisa buka usaha lakukanlah".

Selain itu kata dia, yang penting janganlah mudah putus asa dalam melakoni bidang usaha serta selalu tekun jangan pernah malas.

"Karena keberhasilan tidak akan datang bagi kita yang suka bermalas- malasan," cetusnya.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved