Global

Strategi Penanganan Covid-19 di Selandia Baru Alami Perubahan Akibat Varian Delta

Menteri Respons Virus Corona Chris Hipkins berujar, varian itu membuat upaya perlindungan mereka seolah kurang memadai.

Editor: Adjeng Hatalea
(SHUTTERSTOCK/FunKey Factory)
Ilustrasi perawatan pasien Covid-19 di rumah sakit. Ilmuwan menilai Covid-19 dapat memicu munculnya jamur super di rumah sakit, yang dapat menginfeksi tenaga kesehatan dan pasien dengan Covid-19 di Brasil. 

WELLINGTON, TRIBUNAMBON.COM - Selandia Baru mengatakan, keberadaan varian Delta membuat strategi penanganan mereka harus mengalami perubahan.

Menteri Respons Virus Corona Chris Hipkins berujar, varian itu membuat upaya perlindungan mereka seolah kurang memadai.

Ucapan Hipkins muncul setelah pada Minggu (22/8/2021), "Negeri Kiwi" melaporkan adanya 21 penularan harian baru.

Dilansir BBC, selama ini Selandia Baru menangani corona penerapan karantina wilayah yang cepat dan ketat.

Perdana Menteri Jacinda Ardern selalu menyebut mereka adalah "tim berisikan lima juta jiwa", dan dipuji karena bisa menangkal penyebaran virus.

Berdasarkan data Universitas Johns Hopkins, total terdapat 3.016 kasus Covid-19 dengan 26 di antaranya meninggal.

Tetapi baru-baru ini, pemerintah kembali menerapkan lockdown buntut satu kasus varian Delta yang ditemukan di Auckland.

Kini terdapat 72 kasus aktif Delta, dengan tujuh sekolah melaporkan adanya transmisi di antara murid-muridnya.

Bahkan, pemerintah "Negeri Kiwi" juga mengumumkan adanya enam kasus yang mereka temukan di ibu kota, Wellington.

Pemerintah kini menyatakan mereka berencana memperpanjang lockdown di Auckland, yang bakal berakhir Selasa (24/8/2021).

Berbicara kepada awak media, Hipkins menerangkan strategi "nol kasus" corona masih menjadi target utama pemerintah.

"Kenyataan bahwa virus bisa menular 24 jam di seseorang benar-benar mengubah permainan," kata Hipkins dalam sesi tanya jawab.

Dia menjelaskan keberadaan varian yang pertama terdeteksi di India tersebut membuat penanganan mereka dipandang kurang memadai.

Hipkins mengakui dengan cepatnya penyebaran, pemerintahan Ardern harus kembali ke meja dan mendiskusikan rencana baru.

"Pada satu titik, sepertinya kami harus memulai dengan opsi penanganan lain di masa depan," papar Hipkins.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved