Nasional

Epidemiolog Minta Pemerintah Terbuka jika Tak Mampu Sediakan Vaksin Covid-19 Gratis

Ahli epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman menilai wacana program vaksinasi Covid-19 berbayar bertentangan dengan amanat undan

Editor: Adjeng Hatalea
JOEL SAGET / AFP
Ilustrasi vaksin Moderna - Gambar kreatif ini diambil di sebuah studio di Paris pada 16 November 2020, menunjukkan jarum suntik dan botol vaksin dengan logo Moderna, menggambarkan pengumuman vaksin eksperimental terhadap Covid-19 dari Moderna yang 95% efektif. Terbaru, Moderna Mulai Menguji Vaksin Covid-19 pada Bayi Berusia 6 Bulan dan Anak di Bawah 12 Tahun. 

JAKARTA, TRIBUNAMBON.COM - Ahli epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman menilai wacana program vaksinasi Covid-19 berbayar bertentangan dengan amanat undang-undang.

Sebab, uu mengatur bahwa vaksin untuk mengatasi bencana non-alam seperti pandemi Covid-19 saat ini harus bisa diakses setiap warga.

Itu artinya, pemerintah sepenuhnya bertanggung jawab terhadap kesehatan warganya sehingga perlu memberi akses merata melalui vaksinasi gratis.

"Vaksin dalam situasi darurat harus dijamin ketersediaannya, aksesnya pada seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu, kalau berbayar itu jadi selain bertentangan dengan amanat konstitusi kita, itu juga tidak memberikan kekuatan dalam program vaksinasi itu sendiri," ujar Dicky saat dihubungi Kompas.com, Senin (12/7/2021).

Baca juga: Lantik 7 Anggota KPID Maluku, Wagub Sampaikan 7 Pesan Penting

"Tapi kalau misalnya pemerintah enggak punya uang. Ya bicara saja. Terus terang," kata Dicky.

Menurut Dicky, keterbukaan dari pemerintah bisa menghadirkan solusi baru dalam menangani pandemi Covid-19 di Indonesia.

"Keterbukaan ini akan menghadirkan masukan dan solusi. Jangan sampe ini enggak jelas. Karena ini enggak ada yang mendasari secara keilmuan bahwa dalam situasi pandemi harus berbayar," jelasnya.

Baca juga: Batu Besar Terjang Rumah Warga di Masohi-Maluku Tengah, Rata dengan tanah

Oleh karena itu, Dicky menegaskan, bila pemerintah ingin melibatkan masyarakat dalam rangka vaksinasi berbayar, maka sebaiknya harus didiskusikan terlebih dahulu.

"Tapi kalau enggak punya uang, misal seperti negara miskin seperti Afrika minta bantuan hibah. Kita kan ada nih hibah. Kalau misalnya masyarakat dilibatkan. Ya dibicarakan saja," kata Dicky. "Ada DPR, ada perwakilan masyarakat. Ini kan masalah bersama. Ya kita bicarakan kalau enggak ada uang. Strategi kemasyarakatan ya nanti kita bisa diskusikan," ujarnya.

Sebelumnya, Kimia Farma berencana melaksanakan pelaksanaan vaksinasi Covid-19 berbayar mulai hari ini, Senin (12/7/2021).

Namun, rencana itu dibatalakan oleh Kimia Farma hingga waktu yang tidak ditentukan.

(Kompas.com / Wahyuni Sahara)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Menyelamatkan Bayi Baru Lahir

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved