Kuti Kata Maluku

Kuti Kata; Angka Syukur

Semuanya butuh "karja banting tulang" (=kerja keras) sebab "lebe bae makang hasil karingat sandiri daripada dudu pangko kaki la maeng prentah

Editor: Fandi Wattimena
Sumber; Pdt. Elifas Tomix Maspaitella
Doa adat Rinin di Elaar, Kei Kecil 

AMBON, TRIBUNAMBON.COM - "Apapa tuh seng ada yang jatuh dari langit" (=tidak ada suatu hal/berkat yang tiba-tiba jatuh dari langit).

Semuanya butuh "karja banting tulang" (=kerja keras) sebab "lebe bae makang hasil karingat sandiri daripada dudu pangko kaki la maeng prentah" (=lebih baik makan dari hasil kerja daripada duduk-duduk dan memerintah).

"Berkat tuh bukang dudu nganga tangadah muka ka langit la akang turung sama layar tonel" (=berkat itu datang bukan karena duduk memandang ke langit dan melihat berkat itu turun seperti layar di panggung drama).

"Musti pameri kabong la batanang" (=harus membersihkan kebun dan menanaminya), "musti panggayo kokahu, konci rekeng pohong tangang palahatu" (=mesti mendayung perahu mencari ikan, bahkan sampai bahu-bahu pegal).

Itu yang harus dilakukan sambil "paleti Tuhan deng nanala" (=berdoa untuk Tuhan dengan sungguh-sungguh).

Baca juga: Kuti Kata; Jangan Mau Jadi Jongos

Baca juga: Kuti Kata; Basaleng

"Jang sumbayang setengah-setengah, tagal itu akang sampe soldor sa" (=jangan ragu-ragu berdoa sebab doa seperti itu hanya sampai di flafon rumah).

"Lalu coba nanaku babae, hari-hari nih apa yang kurang?" (=Coba perhatikan, apakah ada yang kurang dari berkat itu tiap hari).

"Jang lia dari barang, tagal skang se brekeng kurang deng lebe" (=jangan lihat barangnya, karena itu bisa membuat kita menghitung kurang atau lebihnya).

Sikap ini muncul karena yang kita pahami sebagai berkat adalah barang itu sendiri, "la konci rekeng barsungut takaruang" (=pada akhirnya selalu bersungut/mengeluh).

"Hari-hari nih, Antua su piara deng kasih napas hidop" (=Tuhan memelihara kita setiap hari dengan nafas kehidupan) jadi "angka syukur bukang tagal barang mar tagal itu" (=bersyukur bukan karena barang, melainkan nafas kehidupan itu).

"Angka syukur" (=naikkan syukur/bersyukur) merupakan ajaran yang mengingatkan kita bahwa "Tuhan piara katong pung kahidopang" (=Tuhan yang memelijara hidup kita).

Dan semua yang kita alami ini "tagal Antua pung bae" (=karena kebaikanNya).

"Angka syukur" juga mengingatkan kita untuk selalu puas dengan apapun yang diterima, karena "dapa labe mau simpang di mana" (=mendapati berkat berkelebihan mau di simpan di mana), maksudnya untuk apa kita menimbun berkat bila kita memperolehnya secara berlebihan, sebab "kumpul labe jua busu" (=terlalu banyak yang dikumpulkan pun bisa membusuk) dan "tar guna" (=sia-sia).

"Angka syukur" adalah ajaran untuk selalu yakin, besok masih ada berkat lagi.

Sebab itu "biar deng kurang-kurang, jang lupa angka syukur" (=walau secukupnya, jangan lupa bersyukur).

#Pdt. Elifas Tomix Maspaitella

Sumber: Tribun Ambon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved