Virus Corona
Jokowi: Belum Ada Penelitan Tunjukkan Virus Corona B.1.1.7 Lebih Mematikan
Varian baru virus corona dari Inggris atau B.1.1.7 sudah masuk di Indonesia, setelah diumumkan oleh Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono pada 2 Maret
Studi terbaru dari New and Emerging Respiratory Threats Advisory Group (NERVTAG) di Inggris menyebutkan, varian virus baru ini 30-70 persen lebih mematikan.
Selain itu, mutasi ini lebih banyak mengakibatkan tingkat keparahan dibandingkan dengan infeksi varian virus corona liar yang ada sebelumnya.
Menurut pemberitaan Forbes, Senin (15/2/2021), kekhawatiran akan kemampuan B.1.1.7 dalam menimbulkan keparahan dan kematian ini sesungguhnya sudah ada sejak pertengahan Januari lalu. Kala itu, jumlah kematian akibat varian baru ini lebih banyak jika dibanding infeksi virus non-varian baru.
Data yang sama juga disampaikan studi lain, misalnya Public Health Skotlandia yang menyebutkan risiko rawat inap pada pengidap B.1.1.7 lebih tinggi dibanding kasus infeksi varian virus corona yang lain. Demikian pula dengan risiko untuk masuk ke ICU.
Intensive Care National Audit and Research Center (ICNARC) dan QResearch menemukan pengidap B.1.1.7 lebih berisiko menjalani perawatan hingga ICU, dibandingkan orang yang terinfeksi varian biasa.
Meski begitu, Insider menulis bahwa dalam kesimpulan yang disampaikan, tim peneliti menyadari data yang mereka gunakan masih terbatas sehingga masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut.
Oleh karena itu, tidak semua ahli menyatakan setuju jika varian Inggris ini disebut lebih mematikan dan lebih menyebabkan keparahan.
Meski begitu, masyarakat tetap diminta untuk lebih waspada terhadap varian baru virus corona ini. Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengatakan bahwa virus corona B.1.1.7 ini penularannya lebih cepat 40 hingga 70 persen dari virus corona biasa. Dicky meminta masyarakat tidak perlu panik.
Hal yang harus dilakukan masyarakat, menurut dia, yakni meningkatkan respons dan kewaspadaan pada protokol kesehatan.
"Tidak perlu panik, hanya harus sangat waspada, bukan berarti panik. Waspada itu artinya harus memperkuat responsnya, 3T dan 5M dan diperkuat vaksinasinya," ujar Dicky.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jokowi: Belum Ada Penelitan Tunjukkan Virus Corona B.1.1.7 Lebih Mematikan”.