Makanan Khas Maluku

Enbal Lulun, Makanan Pokok di Kota Tual Kian Langka dan Mahal

Enbal alias singkong karet ini memiliki rasa pahit dan beracun. Jika diolah dengan cara yang benar, enbal tidak akan terasa pahit dan berbahaya.

Penulis: Rahmat Tutupoho | Editor: Salama Picalouhata
Henrik Toatubun
Enbal Lulun, makanan pokok masyarakat Kepulauan Kei. 

Laporan Kontributor TribunAmbon.com, Henrik Toatubun

TUAL, TRIBUNAMBON.COM – Enbal, makanan khas dari Kepulauan Kei. Warnanya putih bersih, dengan tekstur yang terlihat padat dan keras.

Makanan ini bisa disulap jadi beragam hidangan nikmat.

Enbal sejatinya adalah olahan yang terbuat dari sejenis singkong karet.

Tampilan pohonnya pun sangat mirip seperti singkong biasa. Tapi, cita rasanya berbeda jauh.

Singkong karet ini memiliki rasa pahit dan beracun.

Namun, jika diolah dengan cara yang benar, tidak akan terasa pahit dan berbahaya bagi tubuh.

Singkong yang sudah diolah itulah dinamakan enbal lulun.

Enbal ini berupa parutan singkong, lalu dimasukkan ke dalam kain tipis.

Kemudian singkonya dijepit menggunakan kayu serta batu besar selama satu malam, atau hingga singkong karet tersebut mengering.

Sayangnya, bahan dasar pembuatan enbal ini kian langka di Kota Tual.

Terhitung hanya dua pedagang yang menjual bahan dasar makanan pokok ini di Pasar Masrum Tual.

"Katong beli enbal lulun ini dari tangan pertama, lalu dijual kembali. Jadi bukan produksi sendiri," ujar Abdulah Rahanyaan, Rabu, (17/2/2021).

Dia mengatakan, langkanya bahan dasar pembuatan enbal ini lantaran sudah tidak diproduksi.

Kebanyakan bahan tersebut harus dipasok dari luar Kota Tual, yakni dari sejumlah desa lainnya di Maluku Tenggara.

Seperti Desa Wain, Ohoiren, Ohoiluk, dan Letman.

Baca juga: Ucapan Duka untuk Husin Terus Mengalir dari Tual dan Maluku Tenggara, Minta Pelaku Dihukum Mati

Baca juga: Dini Hari Tadi, Gempa Bumi 5,0 Skala Richter Guncang Tual

Enbal lulun itu dijual per bungkus, dengan harga Rp 50 ribu hingga ratusan ribu rupiah.

Harganya bisa melambung tinggi apabila produksi dan distribusinya terbatas.

Selain dijual per bungkus, enbal lulun juga dibagi menjadi potongan-potongan kecil maupun sedang, lalu dijual mulai dari Rp 15 ribu hingga Rp 30 ribu.

“Sehari enbal lulun ini bisa laku 30-40 bungkus per hari,” ujar dia.

Hanya saja, Rahanyaan mengaku keuntungannya kecil karena produksi enbal ini mulai langka.

"Beberapa waktu ini, enbal ini langka. Harganya juga melambung,” ucapnya.

Salah satu pedagang lainnya mengatakan, beruntung dagangan tetap laku meskipun harganya melambung tinggi.

“Sekalipun langka dan mahal, masyarakat Kota Tual tetap menyerbu,” ujar Ely Boi.

Makanan unik ini bisa dtemukan dengan mudah di Kepulauan Kei, Maluku Tenggara.

Beberapa warga asli Kepulauan Kei biasanya mengolahnya menjadi enbal bunga, enbal cokelat dan keju.

Namun tidak sedikit yang menyantapnya dengan ikan bakar serta sambal kecap. 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved