Berita Ekonomi
Tak Hanya Corona, Dampak Gempa Bumi 3 Tahun Lalu di Ambon Pengaruhi Omzet Pusat Oleh-Oleh Ikan Asar
Kepada wartawan tribunambon.com saat ditemui, Rabu (27/01/2020), Yanti mengaku, sejak 2019 pendapatan mereka berkurang hingga 50 persen.
Penulis: Tanita Pattiasina | Editor: Adjeng Hatalea
Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Tanita Pristiwani S. Pattiasina
AMBON, TRIBUBAMBON.COM - "Pertama tanah goyang dulu, abis itu korona. Pendapatan harian sangat menurun," ungkap Yanti Taudu, salah seorang penjual ikan asar di Pusat Oleh-oleh Kota Ambon di Galala, Sirimau, Ambon.
Kepada wartawan tribunambon.com saat ditemui, Rabu (27/01/2020), Yanti mengaku, sejak 2019 pendapatan mereka berkurang hingga 50 persen.
Kejadian tersebut diperparah dengan adanya pandemi Covid-19 yang bahkan kata perempuan kelahiran 1991 ini pernah membuat jualan mereka tidak laku sama sekali selama 3 hari berturut-turut.
“Dulu pendapat bersihnya bisa sampai Rp 300ribu bahkan Rp 500ribu sekarang tidak bisa lebih, hanya sampai Rp 200 ribu atau Rp 100rb per hari,” kata perempuan yang memiliki satu orang balita ini.
Ia melanjutkan, pendapatan tersebut juga akan dibagi-bagi kepada anggota keluarga lainnya karena merupakan usaha bersama keluarga.
Yanti pada bagian penjualan dan saudara lainnya di bagian pengasapan.
Apabila dihitung per ekornya, Yanti dan kawan-kawan penjual dapat menjual hingga 30 ekor per hari. Tapi saat ini, kata dia, hanya 15 ekor kadang pula bisa 20 ekor per hari.
Ia menambahkan sedikitnya turis lokal maupun luar yang datang ke Kota Ambon mempengaruhi pemasukan mereka.
Diakuinya, pada hari raya dan tahun baru 2020 kemarin juga tidak berbeda dengan hari-hari biasanya.
“Barang seng ada yang datang kasini to, jadi mo biking bagemana lai,” kata perempuan yang telah melanjutkan usaha ibu nya itu.
“Dulu katong bisa buka sampai jam 1 malam, skarang sampai jam 10 saja,” lanjutnya membandingkan penjualan dulu dan sekarang.

Hingga sekarang, penjual ikan asar masih tetap membuka toko dari pukul 06.00 WIT mengingat ada juga yang bepergian ke luar kota di pagi hari.
Sejauh pantauan di lapangan, hanya tersisa empat orang yang masih berjualan di dalam pusat oleh-oleh tersebut.
“Ya kalau katong seng jualan, lalu mo makan apa,” katanya.
Saat memasuki kawasan pusat oleh-oleh ini, pembeli akan langsung mendengar sambutan dari para penjual.
“ade mari ikan asar ade,” sambutan penjual dengan semangat sambil menunjukkan ikan asar yang dijual mereka.
Dari jauh sudah tampak beberapa tumpuk ikan cakalang yang telah di asar tertata rapi di atas meja penjual yang beralaskan daun pisang.
Ikan asar ini dijual dengan harga berkisar Rp 30.000 hingga Rp 50.000 per setengah ekornya tergantung ukuran dari ikan tersebut.
Di sebelah ikan asar, mereka juga menjual sagu lempeng, lemon cina, cabai, tomat, serta bawang merah yang dapat diolah menjadi colo-colo, menu pelengkap saat menyantap ikan asar ini.
Sebagai pusat oleh-oleh ikan asar, mereka juga memberi fasilitas membungkus ikan asar bagi pelancong yang ingin membawa ikan asarnya ke luar kota.
Ikan asar ini bisa bertahan hingga 5 hari di suhu ruangan, terhitung sejak ikan diasapi.
Yanti menuturkan apabila ingin memesan di pagi hari, pembeli dapat memesan lebih dahulu lewat telepon atau aplikasi WhatsApp ke nomor mereka agar dapat di siapkan beberapa jam sebelumnya.
Sehingga ketika datang ke lokasi, pembeli tidak perlu menunggu lama dan langsung membawa bungkusan ikan asar ke tempat tujuan.