Tingkatkan Kemampuan Berbahasa Inggris dan Kenalkan Maluku Lewat EEC Expo 2020
Equal English Course (EEC) menggelar sebuah pameran di kawasan Air Kuning, Desa Batu Merah, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon, Rabu (23/12/2020).
Laporan Kontributor TribunAmbon.com, Adjeng Hatalea
TRIBUNAMBON.COM - Equal English Course (EEC) menggelar sebuah pameran di kawasan Air Kuning, Desa Batu Merah, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon, Rabu (23/12/2020).
Pameran yang mengangkat tema tentang Kebudayaan Maluku itu diberi nama EEC Expo 2020.
Selain untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris para peserta didik EEC, pameran ini juga digelar untuk memperkenalkan kekhasan Maluku bagi para pengunjung.
Founder EEC, Yusman Tuhulele mengungkapkan, kegiatan ini merupakan yang pertama kali digelar setelah EEC didirikan sejak Juli 2020 lalu.
“Ini memang bukan kegiatan yang besar, kegiatan ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris terutama pada keahlian berbicara para peserta didik kami,” ungkap Founder EEC, Yusman Tuhulele saat ditemui TribunAmbon.com di arean pagelaran EEC Expo di Lorong Alaka, RT 05 RW 18 Air Kuning, Desa Batu Merah Kecamatan Sirimau, Kota Ambon, Rabu (23/12/2020).
Dia mengatakan, dalam prakteknya, para peserta didik masih ragu-ragu untuk berbicara terutama ketika dihadapkan dengan situasi baru atau orang baru.

Untuk itu, Yusman bersama seorang rekan pengajar di EEC merancang pameran tersebut sebagai metode pembelajaran speaking dengan melibatkan 35 peserta didik agar mereka bisa berinteraksi secara langsung dengan pengunjung.
Pameran tentang kebudayaan Maluku itu berfokus pada empat poin dasar, yakni Demografi atau Administratif, Hukum Adat, Pariwisata dan Kuliner.
Peserta didik dibagi dalam kelompok yang terdiri dari empat hingga tujuh orang.
Mereka ditempatkan di masing-masing stand sesuai tema untuk menjelaskan secara terperinci kepada pengunjung.
Pengunjung juga bebas bertanya dan berinteraksi dengan mereka dalam Bahasa Inggris.
Baca juga: Profil Edward Omar Sharif Hiariej, Wamenkumham Kelahiran Ambon, Pengkritik UU Cipta Kerja
Baca juga: Kota Ambon Raih Dua Penghargaan Top Digital Awards 2020
Baca juga: Tak Hiraukan Protokol Kesehatan, Warga Kota Ambon Memadati Pasar Mardika
“Kadang kita lupa bahkan tidak tahu dengan budaya dan tradisi kita sendiri. Makanya melalui kegiatan ini, kami ingin mengembalikan ingatan tentang jati diri kita sebagai orang Maluku. Jadi, bukan hanya kemampuan berbahasa Inggris saja yang dilatih tapi juga wawasan tentang Maluku itu sendiri baik bagi para peserta didik kami maupun pengunjung,” ucap Yusman.
Seorang pengunjung yang merupakan mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Pattimura Ambon, Charlie Matahelumual mengaku, tidak mau melewatkan kesempatan untuk berkunjung di EEC Expo 2020 itu.
Pasalnya, di sana dia bisa berinteraksi dengan anak-anak muda kreatif yang punya keinginan yang sama untuk memperkuat keahlian berbicara Bahasa Inggris.
“Begitu masuk tadi, saya sudah disapa dengan senyuman ramah dari mereka (para peserta didik EEC).
Mereka memberikan informasi yang menarik tentang Maluku, kita banyak ngobrol tadi di setiap stand. Pokoknya menyenangkan!” aku Seorang pengunjung yang merupakan mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Pattimura Ambon, Charlie Matahelumual kepada TribunAmbon.com.
Semenjak didirikan, EEC memiliki setidaknya empat kelas untuk beginner level.
Keempat kelas ini harus rolling, karena keterbatasan tenaga pengajar serta ruang belajar.
Yusman hanya memanfaatkan rumah kosnya yang berukuran 10 x 3.5 meter sebagai basecamp-nya EEC dan kamar tidurnya dijadikan sebagai kelas.
Meski demikian, suasana yang diciptakan di EEC layaknya rumah bagi para peserta didik, agar mereka tidak takut untuk berbuat salah, bebas berekspresi serta kepercayaan diri mereka pun meningkat.
Seorang peserta didik, Fatmawati mengaku semenjak bergabung bersama EEC dua bulan lalu, selain kemampuan bahasa Inggrisnya meningkat, dia juga menemukan keluarga baru di sana.
“Saya tidak pernah merasakan betapa enjoy-nya belajar Bahasa Inggris seperti saat bergabung bersama EEC.
Saya dengan mudah mengerti apa yang diajarkan, kemampuan speaking saya juga meningkat.
Saya pikir ini bekal untuk saya dalam mempersiapkan diri untuk memperoleh beasiswa luar negeri di kemudian hari,” aku Seorang peserta didik EEC, Fatmawati.
Bagi Yusman, tujuannya mendirikan EEC agar belajar Bahasa Inggris tidak hanya bisa diakses oleh orang-orang menengah ke atas saja, namun juga menjangkau semua tingkatan masyarakat. Asalkan ada kemauan untuk belajar.
“Saya sangat optimis, EEC bisa menjadi kampung Inggris, agar orang Ambon tidak lagi jauh-jauh ke Pare untuk kursus Bahasa Inggris,” pungkas Yusman.
(*)