Virus Corona

EKSKLUSIF Wakil Gubernur Maluku Barnabas Nathaniel Orno, ke Mana saat Pandemi Covid-19?

Penjelasan Wakil Gubernur Maluku Barnabas Nathaniel Orno menjawab pertanyaan publik di tengah pandemi Covid-19

Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
Kontributor TribunAmbon.com/Adjeng
Wawancara Khusus Tribunambon.com bersama Wakil Gubernur Maluku, Barnabas Nathaniel Orno di halaman Kediaman Rumah Dinas, Karpan, Ambon. 

Wawancara Eksklusif Bersama Wakil Gubernur Maluku Barnabas Nathaniel Orno

Laporan Kontributor TribunAmbon.com, Adjeng Hatalea

TRIBUNAMBON.COM - Semenjak adanya kasus pertama pasien terkonfirmasi positif covid-19 di Maluku pada akhir Maret lalu, berbagai kebijakan dan upaya penanganan dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Maluku.

Berbagai tingkatan perubahan pandemi ini telah ditetapkan, mulai dari awal Maluku ditetapkan sebagai tanggap darurat non-bencana, Kota Ambon sebagai Ibu Kota Provinsi yang lebih awal masuk zona merah karena menyumbang angka tertinggi kasus terkonfirmasi, rencana penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), hingga new normal yang tengah diupayakan.

Publik sering tidak melihat keterlibatan Wakil Gubernur Maluku, Barnabas Nathaniel Orno, setidaknya di berbagai pemberitaan media di Maluku selama masa pandemi virus corona.

Tak Percaya Corona, Pria di Maluku Tantang Petugas Medis Menjemputnya untuk Temani Pasien COVID-19

Padahal di tengah wabah ini, masyarakat menaruh harapan besar terhadap pimpinan dan wakil pimpinan Maluku.

Sebagaimana juang yang pernah dilalui bersama oleh kedua pasangan kepala daerah ini, pun dirindukan oleh warga agar bisa membawa tanah para raja-raja ini terbebas dari berbagai zona warna yang membatasi seluruh pergerakan sosial di Maluku.

Gubernur Maluku, Murad Ismail, sesuai dengan Surat Edaran (SE) Nomor 440/2622/SJ yang dikeluarkan oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian tentang Pembentukan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di daerah menempatkan Pimpinan Daerah sebagai Ketua GTPP, yang mana sebelumnya diketuai oleh Sekertaris Daerah (Sekda) Maluku, Kasrul Selang.

Satu di antara sejumlah poin yang tertuang di dalam ES itu, yakni poin 2b; Penyusunan susunan organisasi, keanggotaan, dan tugas pelaksanaan gugus tugas percepatan penanganan covid-19 di daerah berpedoman kepada lampiran dan merupakan bagian tidak terpisah dari SE ini. 

Dalam susunan tim GTPP yang tertuang dalam SE tersebut tidak merinci jabatan Wakil Gubernur.

Lalu kaitannya dengan penanganan pandemi ini, Orno tidak banyak muncul di berbagai pemberitaan.

Dari jejak pemberitaan media online yang terbit  pada 19 Maret lalu, orang nomor dua di Maluku itu berkomentar terkait pasien kasus 01 asal Bekasi.

Di luar dari itu, langkah-langkah strategis pelacakan dan penanganan ditawarkannya untuk dilakukan oleh tim GTPP dilakukannya secara senyap.

Sementara, yang paling sering muncul diberbagai pemberitaan media selama masa pandemi yakni ketua dan ketua harian GTPP Covid-19 Maluku sejauh ini.

Ia juga sempat muncul dipemberitaan media setelah mengunggah sebuah video yang berisi ucapan bela sungkawa atas meninggalnya salah satu pasien terkonfirmasi positif covid-19 pada 8 Mei 2020.

Langkah diamnya kemudian dipertanyakan oleh publik “Di Manakah Bapak selama ini?”.

Sejauh ini, diketahui posisi Orno dalam penanganan covid-19 di Maluku sebagai Pembina tim GTPP Covid-19 Maluku.

Hal ini dibeberkan Sekda Maluku yang juga menjabat sebagai Ketua Harian GTPP dalam sebuah kesempatan usai melakukan konfrensi pers di Gedung Gubernur Maluku lantai VI.

Sebelum meninggalkan ruang konfrensi pers, wartawan mempertanyakan keberadaan dan kapasitas Wagub dalam tim dan Kasrul menjawab Wagub bertindak sebagai Pembina tim GTPP.

Bisa saja ini ada kaitannya dengan upaya Kasrul meminta masukan terkait upaya penanganan pasien pertama covid-19 yang juga disebutkan Orno dalam wawancara.

Berbagai spekulasi muncul di publik, TribunAmbon.com mencoba memastikan itu semua langsung bersama Wakil Gubernur, Barnabas Nathaliel Orno.

Setelah dihubungi, orang nomor dua di Maluku itu menyambut baik Jurnalis TribunAmbon.com dan bersedia diwawancarai secara khusus di halaman samping kediaman Wakil Gubernur, Karang Panjang Ambon pada Minggu (31/5/2020) lalu.

Inilah wawancaranya:

Dukung Pertumbuhan Ekonomi di Tengah Pandemi Pemkot Ambon Launching Sistem Belanja Online

Sampai sejauh apa peran bapak dengan anggota gugus tugas yang lain?

Saya kaget dengan pertanyaan itu, saya kaget bahwa saya ada dalam tim Gustu dan peran saya sebagai pembina.

Hari ini baru saya tahu, karena hingga saat ini saya juga belum dapat surat (SK) atau pernah diundang untuk bersama-sama membicarakan tugas ini.

Mungkin ada yang bertanya kemana saja saya.

Saya kan sebagai wagub pejabat publik, andai kata saya sering di kantor dalam suasana ini, dan wartawan bertanya bisa saja saya salah bicara soal covid-19 ya.

Bisa saja pembicaraan saya beda dengan pembicaraan tim. Jadi,

Yang pasti sekali lagi saya kaget dengan pertanyaan bahwa saya ada dalam tim covid sebagai pembina dan apa saja peran itu, saya kaget.

Karena sampai hari ini saya tidak diberitahu secara resmi, apa keputusannya atau pernah diundang untuk dibicarakan dari awal, tidak pernah.

Seperti apa dan sampai mana bapak berkomunikasi dengan anggota lain dalam gustu atau struktur pemerintahan itu ?

Ada beberapa kali pak sekda masuk ke ruangan (saya), beliau minta saran.

Tapi saya berbicara seadanya karena saya menyadari posisi saya.

Saya merasa bahwa posisi saya hanya sebagai wagub saja, sementara aktivitas sekarang yang berjalan kan bagaimana penanganan covid.

Pak sekda datang dan ketemu tapi saya berbicara sebatas Wakil Gubernur.

Apakah bentuk ikut serta bapak dalam upaya penanganan covid-19 di Maluku?

Saya punya kepedulian dengan cara saya sendiri di luar tim.

Misalnya, saya beberapa kali memeberikan imbauan lewat media, lewat Youtube.

Bahkan saya memberikan ucapan turut berbelasungkawa atas keluarga yang ditinggalkan.

Kemudian secara tidak formal, saya bertemu dengan tokoh-tokoh masyarakat, anak-anak muda untuk memberikan penguatan kepada mereka.

Mungkin itu yang saya lakukan selama ini secara tidak resmi.

Kalau secara resmi kan dipublikasikan.

Ya saya berpikir, publik tidak tahu bahwa saya ketemu dengan orang dan memberikan penguatan, yang penting Tuhan tahu.

Namun, dengan ketidakhadiran bapak di tengah publik ini kan memunculkan berbagai persepsi dari masyarakat.

Bagaimana caranya meyakinkan masyarakat di tengah pandemi dengan kapasitas bapak sebagai Wagub?

Sebelum saya menjadi seperti sekarang ini, saya PNS biasa, pernah menjabat sebagai Camat, kemudian beberapa jabatan di Kabupaten MBD yaitu sebagai Wakil Bupati dan Bupati.

Saya bukan tipikal pemimpin yang berbuat sesuatu lalu kemudian bagaimana mengeksposkannya ke publik secara seimbang.

Saya meyakini bahwa yg penting Tuhan tahu dan sekalipun orang akan bertanya kenapa pak wagub tidak hadir?

Kan saya juga menjaga norma, saya menghindari polemik dan wacana.

Kalau saya diam begini, itu artinya saya menjaga norma pemerintahan, sekalipun orang berprediksi di luar sana.

Tapi saya menjaga agar suasana tidak ada polemik dan wacana.

Tapi, kebetulan hari ini wartawan datang ya saya harus mengatakan apa adanya, kalau tidak juga saya tidak pernah bilang bahwa saa tidak pernah dilibatkan.

Wartawan harus memberikan informasi ke publik dan saya juga tidak mungkin berbohong.

Kalau tanpa pertanyaan dari wartawan, saya juga tidak bisa berbicara begini, jadi ya saya punya cara sendiri.

Kalau saya publiskan seakan-akan seperti apa dan saya kan tidak mewakili tim covid, iya kan.

Saya tidak mau, bisa saja orang bilang overacting nanti. 

Jadi ya bertindak dengan cara saya sendiri, bukan berarti saya diam, saya di sini (rumah) juga ada orang-orang yang datang.

Saya memberikan penguatan, jaga diri baik-baik, makan makanan lokal, rempah-rempah lokal, seperti cengkeh pala, lengkuas itu lebih sehat.

Jadi di suasana covid-19 ini kan kita makan makanan lokal, itu cara saya.

Tidak mesti saya ketemu orang dan saya panggil wartawan.

Selain itu, Istri saya pun hari ini tergabung dengan Ina Beta Maluku, dan ketemu dengan orang-orang, saya bilang silahkan

Apa rencana bapak untuk Maluku?

Pertama, difasilitasi ddengan paling tidak sarana prasarana yang minimal sekalipun, tapi representatif jadi kita tidak perlu menunggu lama dari pusat.

Kedua, waktu itu saya belum tau istilah APD, saya bilang waktu itu paling tidak tenaga medis ini harus dilengkapi dengan sarana prasarana kesehatan karena mereka ini garda depan, bayangkan jika mereka ini terinfeksi.

Saya kira kalau kita mau upayakan masih belum terlambat, belum ada kata terlambat. Tenaga medis harus betul-betul APD nya dilengkapi dan harus representatif.

Ketiga, mereka yang dikarantinakan, hari ini kan ada beberapa Rumah Sakit ya, ada empat termasuk BPSDM itu kan juga sudah ditempati dan hanya ada beberapa termasuk RS hanya tersisa beberapa tempat tidur yang kosong.

Sekarang harus dicari alternatif lain, disiapkan, harus disiapkan fasilitas cadangan mau itu gedung atau apa mesti disiapkan.

Lalu misalkan kebutuhan kelengkapan lain, seperti kasur dan sprei itu jangan dibeli di pasar. Menurut saya, jangan dibeli di pasar tapi pengadaan khusus supaya steril, siapa tahu, virus itu ada di luar sana dan nempel di perlengkapan yang dibeli, mudah-mudahan tidak namun untuk mencegah saja.

Keempat, makanan harus memenuhi standar gizi sehingga mereka bisa sehat. Kasus positif covid-19 ini semakin bertambah, bisa saja ke depan misalkan diberlakukan PSBB, sangat mungkin masyarakat kita akan kesulitan makan.

Nah, sekarang kita sudah mesti berpikir untuk memberdayakan masyarakat terhadap makanan lokal, karena kita tidak tahu covid-19 ini sampai kapan. Kita sebagai manusia hanya bisa merencanakan, tapi Tuhan yang menentukan.

Tadi saya katakan, kita harus memberdayakan masyarakat di desa. Meski hari ini kita memberikan pendampingan dan motivasi kepada mereka untuk menanam produk makanan lokal, seperti sayur-sayuran, dan lain-lain. Itu sudah mesti disiapkan.

Lalu kemudian bagaimana memutus mata rantai covid-19 ini, kalau pemerintah atau tim bekerja sendiri tidak akan cukup, harus melibatkan seluruh elemen masyarakat, karena sesungguhnya  mata rantai ini bisa terputus tergantung masing-masing orang memproteksi dirinya. Bukan cuma soal pemerintah atau pun tim saja. Kita bisa meyakinkan masyarakat.

Saya sarankan, bagaimana jika memanfaatkan seluruh pemangku kepentingan, di seluruh kelurahan kita maanfaatkan, kita duduk bersama para imamnya, para kepala pemuda, kepala adat, kepala desa, lurah, pimpinan umat yang ada di situ, pendeta, pastor, untuk mereka ini yang membuat pendampingan dan penguatan.

Jadi, saya sarankan, dalam menghadapi masa pandemi ini mari kita makanan lokal. Kita tidak usah pakai bumbu-bumbu pabrik.

Tapi gunakan pala, cengkeh, lengkuas, lada, semua itu pasti sehat. Kita walaupun disantuni beras mau sampai kapan?

Mungkin efektif tapi tidak efisien, atau sebaliknya. Terus terang, saya saja, kalian bisa lihat di pekarangan rumah, kita lagi bikin bedeng itu di sebelah sana, mau ditanami jagung dan sayuran. Tuhan menguji kita untuk kembali ke kearifan lokal.

Apakah tidak terlalu terlambat menyantuni para pekerja harian?

Saya tidak bisa bilang ini terlambat atau apa, saya hanya berpendapat untuk di kemudian hari.

Kalau kita mau putus mata rantai kecuali orang tidak ke luar lagi, itu kan hidup.

Kita tidak bisa melarang mereka, kira-kira mau makan apa?

Jadi kita harus berpikir jika bisa menyantuni mereka per bulan bisa berapa saya yakin kita bisa meminimalisir atau memutus mata rantai sepenuhnya.

Memproteksi diri sendiri. Apakah terpikirkan oleh pemerintah untuk tidak hanya membagi sembako tapi juga dibagikan vitamin gratis kepada masyarakat?

Sebetulnya itu stimulan mesti vitamin itu penting.

Menyarankan masyarakat, memberikan motivasi dan dorongan kepada masyarakat untuk kembali ke pangan lokal, karena sampai kapan kita hanya mau bagikan sembako.

Kemudian para tenaga medis diperhatikan APD, kelengkapan lain hingga gizi mereka.

Sekarang ini tim covid-19 baik kota maupun provinsi sudah harus punya solusi alternatif ketika terjadi lonjakan kasus secara masif, termasuk pemberian vitamin juga itu penting.

Menurut pikiran saya, anggaran yang dikeluarkan harusnya lebih kepada hal-hal yang saya sebutkan di atas. Tidak bisa sekedar bicara-bicara saja, namun harus diimplementasikan.

Pemerintah punya tanggung jawab untuk memberikan kenyamanan kepada masyarakat.

Bagaimana pandangan bapak terhadap kebijakan-kebijakan yang dterapkan tim gustu provinsi apakah yang diturunkan dari pusat itu sudah sesuai dengan kondisi yang ada di Maluku?

Saya belum bisa berkomentar soal itu.

Masyarakat bertanya: Bapak selama ini  di mana?

Melihat kembang dipetik, mau marah tapi tak kuasa.

Saya bersama pak gubernur berproses maju itu kami berjuang bersama-sama.

Kami punya misi dan visi yang sama membangun Maluku.

Pertanyaan pak wagub ada di mana? Ternyata saya ada di rumah. saya bukan ditunjuk, saya bukan diangkat, tapi saya berjuang bersama.

Tapi, memang aturan mengatakan bahwa kewenangan dan menanandatangi adalah kepala daerah.

Tapi, saya kira wakil kepala daerah kan bersama-sama.

Andai kata bisa dibicarakan bersama bahwa kepala daerah bikin apa dan wakil kepala daerah bikin apa, nanti pertanggung jawabnya ada di kepala daerah.

Tentunya saya akan melakukan apapun yang ditugaskan kepada saya, tapi kalau tidak ada tugas yang diberikan kepada saya kan bagaimana mungkin, apa saya harus overacting.

Sejauh ini koordinasi dengan Gubernur seperti apa?

Seperti yang ada lihat sekarang, tanpa saya harus bicara – seperti yang anda lihat sekarang.

Makanya tadi saya bilang, walaupun saya tidak kelihatan tapi dengan cara saya.

Sekali lagi saya bilang, dengan cara saya.

Ya memilih begini, karena saat ini penangananya ya penanganan covid-19.

Dalam posisi begini ini saya sayang, dalam posisi begini sebenarnya saya gelisah – karena begitu besar harapan masyarakat kepada kami.

Tentunya, meski saya sebagai wakil kepala daerah, atas kesepakatan saya berjanji bikin bikin ini-bikin itu, tentunya secara bersama-sama.

Tapi, seperti ini. andaikata diputar arah jarum jam kembali ke belakang.

Apakah ada upaya untuk “mesra dan bersama-sama”?

Tidak, saya tidak mengatakan bahwa kami ada konflik, tapi mestinya sebagai manusia kan pasti merasa. 

Saya bukan tiba-tiba menjadi wakil kepala daeah, saya mantan kepala daerah, saya belum berakhir loh sebenarnya.

Saya bukan datang ke sini dan baru memulai sesuatu, tidak.

Dan saya juga tidak mau dianggap bahwa saya mencari-cari tidak.

Demi Maluku, saya mengambil posisi diam, mengambil posisi di rumah itu kompas, demi Maluku.

Bagaimana masyarakat seharusnya berperan aktif melawan corona dengan sense keMaluku'an?

Pertama, saya meminta maaf kepada seluruh masyarakat Maluku.

Ketika masyarakat bertanya-tanya saya ke mana, saya di mana, jangan-jangan saya diam saja?

Saya meminta maaf beribu-ribu maaf.

Saya di rumah tapi bukan berarti saya tidak berfikir tentang Maluku.

Di mana-mana kalau ada yang ketemu saya selalu memberikan penguatan, sementara fungsi saya seperti itu.

Maluku ini kan bukan MBD saja, Ambon saja, bukan Soumlaki saja atau bukan Maluku tenggara saja, tapi, Maluku ini punya keragaman yang kita pakai istilah punya ke-Maluku-an.

Saya imbau masyarakat menghadapi corona ini mari kita kembali ke kearifan lokal.

Masyarakat di Ambon, kalau bisa bisa mengkonsumsi makanan sagu, papeda dan umbi-umbian, masyarakat di MBD kalau bisa mengkonsumsi makanan utamanya jagung dan kacang, mayarakat MTB kembali ke bakar batu umbi-umbian, kemudian Maluku Tenggara kita makan embal, Aru dan seterusnya.

Kalau kita mengkonsumsi makanan lokal dengan bumbunya itu ada cengkeh, pala, haliah, lengkuas, daun salam dengan ikan kuah kuning, ikan kuah bening, sayur kelor, bayam, daun kangkung dan sayur daun kasbi.

Saya di rumah, makan makanan lokal, adek-adek boleh liat di sana ada bedeng, besok-besok adik-adik datang liat sudah ada jagung dan sayur-sayuran di sana. 

Saya mau mengajak kita kembali ke kearifan lokal kita. Kita harus bangga dengan kearifan lokal kita, bangga dengan makanan lokal kita, dan berdoa saya yakin kita bisa terhindar dari corona.

Saya minta kepada seluruh stakeholder, tokoh masyarakat, pimpinan umat untuk membantu pemerintah juga membantu tim covid-19 memberikan penguatan menjadi motivator dan dinamisator bagi masyarakat dan sekitar.

Pemerintah ataupun tim tentunya tidak terlalu efektif, untuk kita keluar dari hal ini adalah masing-masing orang ikut memproteksi dirinya masing-masing. (*)

Sumber: Tribun Ambon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Perang Melawan Tambang Ilegal

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved