Donald Trump Izinkan Polisi Tembak Penjarah di Aksi George Floyd, Taylor Swift Beri Komentar Menohok
Taylor Swift berikan komentar menohok kepada Donald Trump, setelah sang presiden izinkan polisi menembak para penjarah dalam aksi massa George Floyd.
Penulis: Garudea Prabawati | Editor: Fitriana Andriyani
"Setelah menyalakan api suprem
asi kulit putih dan rasisme seluruh kepresidenan Anda, Anda punya keberanian untuk berpura-pura superioritas moral sebelum mengancam kekerasan? ‘Ketika penjarahan mulai, penembakan dimulai’ ??? Kami akan memilih Anda pada bulan November.
@realdonaldtrump," tulis Taylor Swift.
Buntut Tewasnya George Floyd, sang Polisi Didakwa Pembunuhan Tingkat 3, hingga Rumahnya Diamuk Massa
Polisi Minneapolis yang injak leher George Floyd hingga tewas, Derek Chauvin telah didakwa dengan pembunuhan tingkat tiga.
Dilansir dari The Sun, Derek Chauvin juga telah dituduh mengabaikan petugas lain yang khawatir terkait penangakapan brutal George Floyd hingga tewas.
Derek Chauvin (44) pun telah ditahan 4 hari setelah Floyd (46) meninggal dunia.
Chauvin didakwa melakukan pembunuhan tingkat tiga dan pembunuhan tingkat dua dalam kasus itu.
Seorang pengacara untuk keluarga Floyd menyambut dakwaan tersebut.
Tetapi mengatakan dia mengharapkan tuduhan pembunuhan yang lebih serius dan ingin semua petugas yang ikut serta dalam penangkapan George Floyd dihukum.
Pengacara asal Hennepin, Mike Freeman mengatakan, lebih banyak tuduhan mungkin terjadi.
Mike Freeman mengatakan penyelidikan terhadap tiga petugas lainnya berlanjut, tetapi pihak berwenang merasa pantas untuk fokus pada pelaku yang paling berbahaya.
Chauvin diduga mengabaikan keprihatinan petugas lainnya, yang ingin menggulingkan Floyd ke sisinya, menurut pengaduan kriminal.
Media juga mengatakan bahwa otopsi mengungkapkan tidak ada alasan pencekikan sebagai penyebab kematian George Floyd.
Namun hasil otopsi menyimpulkan bahwa kematian George lantaran efek gabungan dari pencekikan, potensi minuman keras dalam tubuh Floyds dan masalah kesehatan yang mendasarinya, termasuk penyakit jantung, kemungkinan berkontribusi pada kematiannya.
Akibatnya Keluarga Floyd menginginkan otopsi lagi secara mandiri.