Maluku Resmi Jadi Tuan Rumah Pengurangan Risiko Bencana (PRB) 2020, Bukti Keunggulan Atasi Bencana
Provijnsi Maluku resmi menjadi tuan rumah Pengurangan Risiko Bencana 2020, hal tersebut menjadi bukti Maluku unnggul dan unggul atasi bencana
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha | Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNAMBON.COM - Provinsi Maluku resmi ditunjuk sebagai tuan rumah pelaksanaan Bulan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) 2020 mendatang.
Demikian berdasarkan keputusan yang diambil dalam penutupan Rapat Koordinasi Nasional Forum Pengurangan Resiko Bencana (PRB) yang berlangsung sejak tanggal 11 hingga 13 Oktober 2019 di Pangkal Pinang, Provinsi Bangka Belitung.
Bulan PRB merupakan salah upaya Pemerintah Pusat dengan melibatkan Pemerintah Daerah dalam upaya mengkampanyekan budaya pengurangan resiko bencana.
• Larangan Keras Unggah Video dan Foto Korban Meninggal Gempa Ambon
Wali Kota Ambon, Richard Louhenapessy mewakili Gubernur Maluku, Murad Ismail dalam kesempatan itu menerima pataka yang diserahkan langsung oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) RI, Letjen Donny Monardo.
“Kehadiran saya dalam forum ini adalah untuk mewakili Bapak Gubernur Maluku," katanya dikutip TribunAmbon.com dari Ambon,go.id.
"Saya bersyukur kenapa Maluku yang baru saja dilanda gempa, kini sudah dipercayakan sebagai tuan rumah bulan penanggulangan bencana pada tahun 2020 mendatang."
"Hal ini membuktikan, dimata BNPB RI Maluku memiliki kemampuan dan keunggulan dalam mengatasi bencana gempa bumi,” jelasnya.

Ditempat yang sama, Kepala BNPB RI, Letkol Donny Monardo menjelaskan, Maluku ditetapkan sebagai tuan rumah Bulan PRB tahun 2020 berdasarkan penilaian dan pengamatan terhadap bagaimana pihak Pemerintah dan Masyarakat mampu mengkampanyekan pengurangan resiko bencana.
Ditambahkan, pelaksanaan Bulan PRB sangatlah penting dilakukan karena dapat menjadi sarana untuk memperkuat pemahaman baik Pemerintah, Masyarakat serta Stakeholders terhadap seluruh aktivitas PRB dalam upaya investasi untuk ketangguhan.
“Secara Nasional Bulan PRB sudah dilaksanakan sejak tahun 2013 di beberapa Provinsi diantaranya Kota Mataram-NTB, Kota Bengkulu, Kota Surakarta – Jawa Tengah, Kota Manado Sulawesi Utara, Sorong – Papua Barat, Medan – Sumatera Utara, dan tahun depan alan dilaksanakan di Kota Ambon – Maluku,” kata Kepala BNPB RI.
Sekilas gempa Ambon
Dikutip dari Kompas.com, gempa bumi susulan masih terus mengguncang Pulau Ambon dan sekitarnya sejak gempa utama magnitudo 6,8 mengguncang wilayah tersebut pada Kamis (26/9/2019).
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Ambon mencatat, hingga Senin (14/10/2019), pukul 09.00 WIT, gempa susulan yang terjadi di wilayah Maluku telah mencapai 1.516 kali gempa susulan.
"Sampai pukul 09.00 WIT, pagi ini sudah sebanyak 1.516 kali gempa susulan terjadi,"kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Ambon Andi Azhar Rusdin kepada Kompas.com, Senin.
Dari ribuan kali gempa susulan yang terjadi itu, gempa dengan skala terbesar yakni, magnitudo 5,6 yang terjadi di hari pertama gempa.
Kemudian, yang terkecil magnitudo 1,6 yang ikut dirasakan getarannya.

Andi menyebutkan, dari ribuan kali gempa susulan yang terjadi itu, sebanyak 175 kali gempa dirasakan getarannya oleh masyarakat di Pulau Ambon dan sekitarnya.
Andi menjelaskan bahwa gempa susulan yang masih terus terjadi di Maluku hingga saat ini merupakan peristiwa yang normal.
Menurut Andi, dalam setiap peristiwa gempa kuat, akan terjadi deformasi atau pergeseran blok batuan di kerak bumi yang sangat luas.
Dari pergeseran batuan itu, terjadi ketidakseimbangan atau ketidakstabilan di zona tersebut.
• Gempa Susulan Terjadi hingga 1.516 Kali, BMKG Ambon Sebut Itu Peristiwa Normal
"Sehingga muncul gaya-gaya tektonik untuk mencari kesetimbangan menuju kondisi stabil di sekitar pusat gempa utama yang dimanefistasikan sebagi gempa susulan,” katanya.
Dia menjelaskan, lazimnya gempa kuat dengan magnitudo di atas 6,0 akan disertai aktivitas gempa susulan.
Menurut Andi, semakin besar magnitudo gempa, maka potensi gempa susulannya semakin banyak, apalagi jika ditunjang dengan kondisi batuan di wilayah tersebut yang rapuh.
(TribunAmbon.com/Chrysnha)