Tak Kunjung Diberi Terpal, Pengungsi Siram dengan Bensin dan Nyaris Bakar Kepala Desa Hidup-hidup

Penyaluran bantuan lambat, pengungsi nyaris bakar hidup-hidup kepala desa hidup-hidup gara-gara tak kunjung diberi terpal.

Editor: Fitriana Andriyani
Kompas.com/Rahmat Rahman Patty
Penyaluran bantuan lambat, pengungsi nyaris bakar kepala desa hidup-hidup gara-gara tak kunjung diberi terpal. 

TRIBUNAMBON.COM - Penyaluran bantuan untuk korban gempa di Maluku mulai dikeluhkan para pengungsi di sejumlah lokasi pengungsian.

Di Desa Waai, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, misalnya, para pengungsi nyaris membakar hidup-hidup kepala desa setempat lantaran terpal yang diminta warga tidak diberikan.

Dari informasi yang dihimpun Kompas.com, kejadian itu terjadi di posko pengungsian di perbukitan desa tersebut pada Jumat (4/10/2019) kemarin.

“Ada warga yang meminta terpal dari bapak raja (kepala desa) tapi tidak diberikan. Bapak raja minta agar yang mau terpal datang ambil sendiri, sehingga warga marah dan terjadi keributan,” kata Rudi, salah seorang pengungsi saat dihubungi, Sabtu (5/10/2019).

Pengungsi Ini Heran Bantuan Gempa Ambon Tak Merata, Sampai Ada Keributan

Menurut dia, karena kesal, salah satu pengungsi langsung menyiram kepala desa dengan bensin dan hendak membakarnya. Beruntung sang kepala desa langsung kabur.

"Masalahnya hanya terpal, tapi sudah selesai,” ujarnya.

Sementara itu, Kapolsek Salahutu, AKP Izaac Risambessy yang dikonfirmasi Kompas.com membenarkan keributan di posko pengungsian tersebut.

Namun, ia membantah jika ada pengungsi yang hendak membakar kepala desa.

“Hanya keributan biasa, itu gara-gara tenda tapi sudah diselesaikan secara kekeluargaan,” ujarnya.

Sementara Kepala Desa setempat, Zeth Bakarbessy mengaku, kejadian itu bermula saat seorang pengungsi datang meminta terpal darinya dengan alasan ada yang mau melahirkan.

Kisah Haru Dua Ibu Korban Gempa Maluku Lahirkan Bayi, Satu di Hutan & Satunya Saat Gempa Susulan

Namun, warga yang datang itu meminta enam buah terpal sekaligus.

“Saya bilang ke dia agar suami yang istrinya mau melahirkan itu datang ambil sendiri karena sebelumnya saya sudah kasih ke dia, lalu mereka marah,” katanya.

Terkait masalah itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Maluku, Farida Salempessy mengatakan, penyaluran bantuan telah menjadi kewenangan BPBD Kabupaten Kota.

“Untuk bantuan itu sudah menjadi tanggung jawab di kabupaten kota,” ujarnya di posko penangulangan bencana.

Sementara itu, menanggapi penyaluran bantuan korban pengungsi yang dinilai masih belum merata itu, Anggota DPRD Kabupaten Maluku Tengah, Subhan Nur Fata meminta BPBD dan pihak berwenang agar dapat menyalurkan bantuan bencana kepada seluruh pengungsi yang berhak menerima.

“Penyaluran bantuan harus sampai ke seluruh pengungsi, jangan pilih-pilih. Intinya semua pengungsi korban gempa harus mendapat haknya, jangan sampai ada pengungsi yang dapat lalu sebagian tidak,” kata politis PAN ini.

Sempat Diberi Oksigen, Seorang Pengungsi Gempa Maluku Tak Tertolong & Meninggal Dunia di Tenda

Penyaluran bantuan yang tak merata

Korban gempa di sejumlah tiitk pengungsian di Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Maluku, mengeluhkan penyaluran bantuan bencana kepada para pengungsi yang tidak merata.

Bahkan, sampai saat ini masih ada pengungsi yang sama sekali belum mendapat bantuan yang disalurkan pemerintah maupun relawan.

Padahal mereka sudah berada di hutan sejak gempa berkekuatan 6,8 magnitudo mengguncang wilayah tersebut.

“Bantuan untuk pengungsi di sini tidak merata, ada yang dapat banyak dan ada yang  sedikit,” kata La Sididi, salah satu pengungsi asal Desa Kairatu kepada Kompas.com, Jumat (4/10/2019).

Baca juga: Satu Pengungsi Gempa Maluku Kembali Melahirkan di Tenda Darurat

Umumnya para pengungsi yang belum mendapatkan bantuan itu berada di hutan dan gunung.

“Ada pengungsi yang belum mendapat bantuan. Kalau kita sudah dapat tapi hanya beras 5 kg dan sarimi itu saja,” ujar dia.

Breaking News Gempa Maluku Guncang Kep Aru, Magnitudo 5.0, Waspada Gempa Susulan

Pengungsi asal Desa Kairatu lainnya, Abu mengatakan, sejauh ini dia dan keluarganya baru mendapat bantuan beras 5 kg dan juga mi instan.

Sejumlah pengungsi ada yang mendapat tikar, selimut, dan juga kebutuhan lainnya. Namun, sebagian pengungsi tidak mendapatkan itu.

”Yang kita heran itu mengapa bisa begitu, ada yang dapat lebih dan ada yang hanya mendapat sedikit,” ujar dia.

Abu menyampaikan, penyaluran bantuan yang tidak merata bahkan menyebabkan terjadinya keributan antar pengungsi di desa itu. 

Sekretaris Daerah Kabupaten Seram Bagian Barat Mansyur Tuharea mengatakan, penyaluran bantuan tanggap darurat kepada pengungsi di wilayah itu telah dilakukan dengan maksimal.

Pengungsi Ini Heran Bantuan Gempa Ambon Tak Merata, Sampai Ada Keributan

“Kita sudah turunkan petugas ke lapangan, dan bantuan sudah disalurkan ke semua titik pengungsian jadi sudah maksimal,” ujar Mansyur saat dihubungi secara terpisah.

Baca juga: Saat Badai dan Hujan Lebat, Pengungsi Gempa Melahirkan Tanpa Bantuan Medis di Gubuk Reyot

Sebelumnya diberitakan, gempa 6,8 magnitudo mengguncang Pulau Ambon dan Kabupaten Seram Bagian Barat pada Kamis (26/9/2019) sekira pukul 08.46 WIT.

Adapun lokasi gempa berada pada titik koordinat 3.38 Lintang Selatan,128.43 Bujur Timur atau berjarak 40 km timur laut Ambon-Maluku dan 9 km Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat dengan kedalaman 10 Km.

Gempa itu menyebabkan 38 orang meninggal dunia dan ratusan lainnya mengalami luka.

Gempa juga menyebabkan rumah warga, sekolah, rumah ibadah, perkantoran dan fasilitas publik lainnya rusak.

(Kompas.com Kontributor Ambon, Rahmat Rahman Patty)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gara-gara Terpal, Kepala Desa di Maluku Nyaris Dibakar di Posko Pengungsian" dan "Korban Gempa Maluku Keluhkan Penyaluran Bantuan yang Tak Merata, Ada yang Sampai Berkelahi".

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved