Maluku Terkini

Transportasi Laut Lumpuh, Mahasiswa Soroti Kelambanan Pemkab Buru Selatan

Akibat tidak beroperasinya Kapal Cantika 5E, warga Buru Selatan kesulitan, baik dalam hal mobilitas maupun pemenuhan kebutuhan pokok.

|
Maula
JADWAL KAPAL- Cantika Lestari 5E direncanakan berangkat pada Senin (3/3/2025) malam, dari Pelabuhan Slamet Riyadi Kota Ambon, tepat di Jalan Pantai Mardika, Kelurahan Rijali, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon, Maluku. 

Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Jenderal Louis

AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Himpunan Pelajar Mahasiswa Uneth (HPMU) menyoroti kelambanan Pemerintah Kabupaten Buru Selatan dalam menangani masalah transportasi laut yang lumpuh. 

Akibat tidak beroperasinya Kapal Cantika 5E, warga Buru Selatan kesulitan, baik dalam hal mobilitas maupun pemenuhan kebutuhan pokok.

Baca juga: Tipu 65 Korban, Polisi Ringkus Predator Seksual di Maluku Tenggara

Ketua Umum HPMU, Ongen Hukunala, mengecam sikap Pemda Buru Selatan yang dianggap lambat dalam merespons permasalahan serius ini. 

"Hampir satu bulan transportasi laut di Kabupaten Buru Selatan mengalami kendala, menimbulkan berbagai persoalan di daerah, khususnya mobilitas masyarakat dan kebutuhan pokok," kata Ongen kepada TribunAmbon.com, Selasa (16/9/2025).

Ongen Hukunala, yang mewakili HPMU, sebuah paguyuban pelajar mahasiswa, menyatakan bahwa mereka bersuara lantang untuk menyampaikan keresahan dan penderitaan yang dirasakan masyarakat.

"Kami sampaikan kepada seluruh Forkopimda Kabupaten Buru Selatan, teristimewa Bupati dan Wakil Bupati, serta seluruh DPRD Buru Selatan agar jangan terlalu tidur," tegasnya.

Ongen menambahkan bahwa banyak masalah yang terjadi saat ini, termasuk lumpuhnya transportasi laut, merupakan masalah serius yang perlu ditangani oleh dua lembaga besar di Buru Selatan. 

Ia meminta pemerintah tidak menganggap remeh masalah ini.

"Lewat kesempatan ini, HPMU menegaskan dalam berita ini mewakili seluruh masyarakat Buru Selatan secara keseluruhan," tambahnya.

Dampak Kelangkaan Pangan dan Ekonomi Lumpuh
Ongen menjelaskan bahwa terhentinya operasi kapal selama hampir satu bulan berdampak buruk pada masyarakat. 

"Kami hampir jarang makan karena tidak ada kapal, sehingga orang tua kami pun tidak bisa mengirimkan makanan," ungkapnya dengan nada kecewa.

Ia menyayangkan sikap pemerintah daerah yang dinilainya abai. 

"Kami kecewa dengan tindakan pemerintah kabupaten Buru Selatan dalam penanganan masalah ini. Mereka hanya berhura-hura, sementara rakyat Buru Selatan menderita," ujarnya.

Baca juga: Sampah di Kawasan Pantai Ina Marina Makin Menumpuk, Didominasi Plastik Kemasan

Ongen berharap Pemda Buru Selatan bekerja dengan hati nurani untuk rakyat. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved