Ambon Hari Ini

Marthen Saiya Hadirkan 32 Kriya di Pameran Seni Rupa 2023

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seniman Kriya Maluku, Marthen Saiya saat berpose dengan patung Dewi Fortuna hasil karyanya, Jumat (11/8/2023).

Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Jenderal Louis

AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Seniman kriya kayu Maluku, Marthen Saiya menghadirkan 32 karyanya dalam Pameran Seni Rupa 2023 yang berlangsung di Taman Budaya, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon.

Kepada TribunAmbon.com, Saiya menjelaskan bahwa karya yang dibuatnya masih menggunakan peralatan manual.

Sementara bahan bakunya kayu sisa atau limbah kayu yang terpakai, kemudian disulap menjadi mahakarya penuh makna.

"Saya buat semua ukiran ini masih dengan peralatan manual, tanpa alat-alat mesin modern. Kemudian untuk bahannya bukan dari menebang kayu di hutan tetapi kayu-kayu bekas atau limbah yang tidak terpakai saya sulap menjadi karya-karya seni yang sangat bernilai," jelasnya, Jumat (11/8/2023).

Ada dua karya yang selalu menjadi perhatian para pengunjung.

Yakni Langkah Pasti dan Ikan Kembar Siam.

Langkah Pasti merupakan sebuah imajinasi perpaduan jam tangan atau lonceng dengan kaki yang sedang melangkah.

Baca juga: Maluku Mural Family Pajang Ragam Genre Lukisan di Pameran Seni Rupa 2023

Baca juga: Basudara Benelli Ambon: Rindu yang Menyeruak hingga Dijamin Auto Ganteng

Yang memiliki makna manusia berjalan bersamaan dengan waktu yang tak pernah berhenti.

"Seni rupa ini saya tuangkan dalam bentuk ukiran kayu, ini ada jam tangan dan langkah kaki, saya beri nama langkah pasti. Artinya ayunan langkah seiring dengan waktu berjalan," tutur Saiya.

Sementara Ikan Kembar Siam melambangkan keselarasan antara dua insan.

"Ada kembar siam dan kembar terpisah, nah ikan kembar siam. Ini dua ikan tapi satu hati dan satu juga ekornya," cetusnya.

Ada juga kriya bernama Patung Dewi Fortuna yang dipatoknya seharga Rp. 3 juta.

Meski usianya beranjak 60 tahun, namun kecintaannya dalam dunia seni kriya tak kunjung pudar.

Kemampuannya mengolah limbah kayu dipelajari secara otodidak sejak tahun 1984.

"Saya menggeluti seni ukir kayu sejak tahun 1984, waktu itu belajar otodidak, membaca beberapa buku-buku majalah untuk menambah wawasan lalu dikombinasikan dengan imajinasi," tuturnya.

Semua karya yang dihasilkannya bersifat limited edition.

Karena berasal dari visualisasi alam ataupun budaya yang diimajinasikan sebelum di rupakan dalam bentuk ukiran kayu.

"Kalau industri mereka membuat ukiran berdasarkan pola atau motif yang sudah ada, produksinya juga banyak. Sementara yang saya hasilkan ini hanya satu tidak dapat dibuat banyak. Karena dari visual kemudian berimajinasi dan menuangkan menjadi sebuah karya," jelasnya.

Lulusan Fakultas Pertanian Unpatti tahun 1990 itu mengungkapkan banyak hasil karyanya yang terjual sampai ke Negara Belanda.

"Kebanyakan ukiran saya laris terjual di Belanda, mereka di sana kan suka dengan ukiran bertemakan Maluku seperti kolekole dan perahu emang, alat musik dan sebagainya," ungkapnya.

Selain itu dirumahnya pun terpajang sekitar 50 koleksi kriya.

"Kalau di rumah saya di Kayu Putih itu ada banyak bisa 50an ukiran yang saya buat, dari yang sekecil genggaman hingga setinggi 3 meter," kata Saiya.

Diketahui, Dinas Pendidikan Provinsi Maluku melalui UPTD Taman Budaya menggelar Pameran Seni Rupa 2023.

Pameran yang digelar sejak 7 Agustus hingga 11 Agustus 2023 bertemakan 'Budaya Beta' dengan sub-tema 'Beta Pung Istori' berlangsung di Gedung Galeri Lia-lia, Taman Budaya, Karang Panjang, Kota Ambon.

Adapun sebanyak ratusan seni rupa yang dipamerkan, di antaranya; 90 lukisan dari komunitas Maluku Mural Family, 10 lukisan dari Kacoatarbang, dan 32 seni rupa pahatan kayu dari Marthen Saiya. (*)

Berita Terkini