Kantor Bahasa Ungkap Penyebab 5 Bahasa Daerah di Maluku Punah

Penulis: Ode Alfin Risanto
Editor: Salama Picalouhata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kantor Balai Bahasa Maluku menggelar Rapat Koordinasi Revitalisasi Bahasa Maluku di Natsepa Hotel, Senin (13/3/2023).

Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Alfin Risanto

AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Kantor Bahasa Maluku mencatat dari 62 bahasa resmi di Bumi Raja-raja,  ada lima yang hampir punah.

Lima bahasa tersebut di antaranya bahasa Kayeli, Masareta dari Kabupaten Buru, bahasa Lun dan Nila dari Maluku Tengah, serta bahasa Piru dari Seram Bagian Barat.

"Jadi ada 70 bahasa di Maluku, namun yang resmi itu 62 dan 8 bahasa baru ditemukan," ucap Kepala Kantor Bahasa Maluku Sahril dalam rapat Koordinasi Revitalisasi Bahasa di Provinsi Maluku, Senin (13/3/2023).

Dikatakannya bahwa bahasa Kayeli dan Masareta itu punah karena sudah tidak ada lagi penuturnya yang mewarisi bahasa tersebut ke generasi berikutnya.

"Penuturnya sudah tidak ada, baru generasinya banyak yang tidak mau belajar bahasa Daerahnya," ucapnya.

Sedangkan untuk bahasa Nila meskipun masih ada warga asli yang tinggal di wilayah Kecamatan Teon Nila Sarua, Kabupaten Maluku Tengah.

Baca juga: 5 Bahasa Daerah di Maluku Punah, Termasuk Bahasa Piru

Tetapi bahasa Nila yang berasal dari daerah itu sudah tidak banyak digunakan.

Hal ini karena jaman dulu ada suatu masalah yang membuat warga Nila ini di evakuasi ke Desa Sepa, Kayu putih dan itu membuat mereka susah mengunakan bahasa daerah itu.

Untuk warga Teon dan Serua dievakuasi ke daerah yang sama, Hal itu membuat bahasa daerahnya masih ada sampai sekarang.

"Bahasa Piru perjalanan punahnya hampir sama dengan bahasa Nila," tuturnya.

Sahril juga menuturkan, Kantor Balai Bahasa Maluku telah menemukan satu bahasa baru.

Namun bahasa tersebut tidak ada di Kabupaten Maluku Tengah namun ada di Kabupaten Maluku Tenggara.

Seperti Bahasa Banda yang di daerahnya hilang, tetapi ada di daerah Kei Besar Kabupaten Maluku Tenggara tepatnya di Desa Banda Eli dan Elat.

"Temuan ini menarik bagi kami karena kita kira punah ternyata ada di daerah lain," terangnya.

Halaman
12

Berita Terkini