Jika ditilik dari endorse dan saham politik terbesar, kata Ari, Demokrat bakal merasa punya modal suara terbesar di antara tiga partai Koalisi Perubahan.
Namun demikian, PKS juga diyakini enggan sekadar jadi penonton dalam koalisi.
Sosok Aher sendiri dinilai mumpuni sebagai pendamping Anies lantaran rekam jejaknya sebagai mantan Gubernur Jawa Barat dua periode.
Namun demikian, jika pada akhirnya Anies memilih AHY jadi pendampingnya, PKS diprediksi bakal patah hati.
Pun demikian, seandainya Aher yang ditunjuk jadi calon RI-2 buat Anies, Demokrat kemungkinan besar tak akan terima.
"Memilih sosok lain di luar calon Demokrat dan PKS bisa menjadi penjaga soliditas Koalisi Perubahan," tutur Ari.
Lagi pula, lanjut Ari, menjodohkan Anies dengan tokoh di luar partai Koalisi Perubahan bakal memperluas massa pendukung sehingga menguntungkan seluruh pihak.
"Jika ingin melebarkan pita dukungan tentu Anies harus mengambil sosok lain daripada AHY maupun Aher agar bisa memperbesar skala dan spektrum politik yang besar," tutur dosen Universitas Indonesia itu.
Adapun Anies Baswedan dideklarasikan sebagai kandidat capres oleh Partai Nasdem sejak Oktober 2022 lalu.
Belakangan, Demokrat dan PKS juga menyatakan dukungan mereka buat mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Sejak awal, Anies diberi keleluasaan untuk menunjuk calon pendampingnya sendiri.
Sejumlah nama kandidat cawapres pun sempat berembus.
Demokrat berulang kali mengusulkan nama AHY jadi calon RI-2.
Sementara, PKS sempat mengusulkan agar Ahmad Heryawan yang jadi cawapres.
Namun, belakangan kedua partai mengaku bakal legawa jika pada akhirnya Anies memilih pendamping di luar kader Demokrat maupun PKS.(*)
(Kompas.com / Penulis : Fitria Chusna Farisa / Editor : Fitria Chusna Farisa)