“Musim hujan 2018 hingga 2020 mereka tidak bikin talud, tanah ini longsor terus sampai sekarang. Tahun 2022 awal bulan Juni musim hujan yang paling kuat, tanah ini turun, saluran pembuangan air kami patah akhirnya semua patah dan hancur,” tambah Noya.
Noya mengaku, bila hujan ia harus mengungsi. Bagian depan rumahnya pun tak bisa ditempati karena rawan.
Dia pun sementara hanya mampu mencegah longsor susulan dengan menggunakan tarpal.
Noya berharap ada pertanggung jawaban penuh oleh PT. MCA dan bukan hanya janji belaka.
“Harapannya untuk perusahan ini kami minta pertanggung jawab penuh, bangun talud sesuai standar PU, Wali Kota. Bangun talud, rekondisi tanah yang longsor, volumenya juga ditambah supay mirip semula dan perbaikan rumah kami yang sudah rusak, itu saja,” tandasnya.