TRIBUNAMBON.COM - Ayah Yodi Prabowo, Suwandi masih tak percaya dengan kesimpulan polisi terkait kematian sang anak, editor Metro TV.
Menurut Suwandi, ada banyak kejanggalan terutama setelah polisi menyebut Yodi Prabowo diduga bunuh diri menggunakan Pisau yang dibelinya.
Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Tubagus Ade Hidayat, mengatakan editor Metro TVYodi Prabowo diduga kuat bunuh diri dengan cara menusuk tubuhnya sendiri pakai Pisau.
• Disorot karena Tertawa saat Datang ke Olah TKP Kematian Yodi Prabowo, Suci Fitri Merasa Dipojokkan
• Ada di TKP Kematian Yodi Prabowo, Pria Inisial D Sering Hela Napas Panjang saat Reka Adegan
Berdasarkan penyelidikan tim dokter forensik polisi, total ada empat luka tusukan di tubuh editor Metro TV Yodi Prabowo, yakni di leher dan dada.
“Kemudian kami tidak menemukan tanda-tanda kekerasan lain, selain luka tusukan di dada atau luka kekerasan tajam di dada sebanyak empat kali.
Di mana gambaran kekerasan tajam di dada ini bermacam-macam,” kata dr Arif, dilansir TribunnewsBogor.com dari Youtube Kompas TV.
Tusukan pertama, lanjut Arif, melukai jaringan otot dada dengan kedalaman sekitar sekitar 1,5 cm.
Sementara luka tusukan kedua dan ketiga lebih dalam.
“Yang terakhir lebih dalam lagi luka kekerasan tajam tersebut sampai memotong bagian bawah paru-paru,” ujar dia.
Arif menambahkan, terdapat sidik jari milik Yodi Prabowo dalam Pisau yang ditemukan di samping jasadnya.
• Ada Kisah Cinta Segitiga, Suci Fitri Rohmah Beberkan Ada Wanita yang Cintanya Ditolak Yodi Prabowo
• Sidik Jari pada Pisau Tunjukkan DNA Yodi Prabowo, Ada Kemungkinan Bunuh Diri, Polisi Belum Simpulkan
Pisau tersebut dibeli Yodi Prabowo di toko Ace Hardware di dekat rumahnya di bilangan Rempoa, Ciputat Timur, Tangerang Selatan sebelum ia ditemukan tewas.
Berdasarkan bukti dan olah TKP, polisi akhirnya menyimpulkan Yodi Prabowo diduga kuat tewas bunuh diri.
Mendengar dan melihat pemaparan polisi, Suwandi ayah editor Metro TV Yodi Prabowo pun mempertanyakan sejumlah kejanggalan yang terjadi.
Hal tersebut diungkapan di berita Kabar Petang, TV One, Sabtu (25/7/2020) kemarin.
Menurut penuturan Suwandi, saat ia datangi TKP, kondisi baju Yodi Prabowo ini terlihat bersih.
Bahkan tak ada ceceran darah bekas luka tusukan tersebut.
"Dikatakan kan anak saya bunuh diri di TKP itu. Faktanya di TKP ketika saya lihat anak saya itu, kok bajunya kelihatan bersih. Masih pakai maskernya, pakai helmnya, kemana darahnya?" tutur Suwandi.
Padahal menurut logika Suwandi, jika tewas akibat luka tusuk di dada, pasti ada bercak adarah di baju korban, editor Metro TV Yodi Prabowo.
"Kan menurut TKP itu ada luka di dada sebanyak 4 kali. 3 luka yang gak terlalau dalam, dan satunya dalam,
Itu kalau ditusuk di sini (dada) pasti akan mengeluarkan darah, paling gak darahnya meler kemana-mana sampai celana," papar Suwandi.
"Sini pasti kena darah, sini juga pasti kena darah," tambahnya menunjukkan bagian tubuh Yodi Prabowo yang kemungkinan akan terciprat darah.
Lantas, Suwandi pun menyinggung soal luka tusuk di leher Yodi Prabowo.
Namun lagi-lagi ayah editor Metro TV ini tak menemukan bercak darah di masker ataupun helm dekat luka tusuk di leher Yodi Prabowo.
"Udah gitu kena tusuk di leher, dia tuh pakai masker. Masker itu kan deket dnegan leher. Paling enggak ada darah di masker, di helm.
Tapi saya lihat faktanya bersih," tegas Suwansi lagi.
"Itulah yang saya tidak mengerti," imbuhnya.
Keraguan ibunda Yodi Prabowo soal editor Metro TV ini disebut dibunuh
Ketidakpercayaan Yodi Prabowo bunuh diri juga diungkakan Turinah.
Turinah merasa heran bila Yodi Prabowo bunuh diri dengan menusuk tubuh berulang kali.
"Kan tadi kesimpulannya bunuh diri ya, terus kalau bunuh diri tuh dia enggak mungkin tusukannya banyak di dada ada beberapa tusukan dan itu dalam sampai nembus paru-paru, jantung kan enggak mungkin dia mau nyabut terus pindah lagi ke leher," ungkap Turinah dikutip TribunnewsBogor.com dari Warta Kota.
Diketahui luka tusuk di jasad editor Metro TV Yodi Prabowomemiliki kedalaman yang beragam, mulai dari 2 cm, 5 cm hingga 12 cm.
"Dan sebaliknya, di leher kan juga dalem juga, apa ada orang bunuh diri seperti itu kan logikanya begitu, itu yang bikin saya janggal," tambahnya.
Selain itu Turinah juga merasa janggal dengan posisi jasad editor Metro TV Yodi Prabowo.
"Kalau bunuh diri pasti enggak karuan dia (almarhum) sempat-sempatnya naruh pisau di bawah tubuhnya terus ditidur rapih begitu, enggak mungkin. Dan begitu darahnya juga enggak ada disitu bapaknya melihat, darahnya gumpal saja dilukanya dia di TKP itu enggak berserakan darahnya," ungkap Turinah.
"Kalau bunuh diri kan seharusnya dia mandi darah atau segala macam, ini enggak. Meski diguyur hujan pasti dibadan-badannya dia, di helm segala macam baju itu pasti ada darah, ini bersih sama sekali bapaknya melihat, termasuk maskernya, jadi ada (darah) di tempat dia luka saja dikit, itu yang mengganjal," ungkapnya.
Turinah mengatakan bila memang bunuh diri posisi jasad editor Metro TV akan terbaring dengan posisi yang tak tentu.
"Yang kedua kenapa jasadnya bisa serapih itu, kalaupun dia bunuh diri posisinya enggak serapih itu berantakan atau gimana. Namanya kesakitan atau gimana enggak mungkin serapih itu posisi telungkup, kaki masih lurus serba lurus posisi badan di bawah jasadnya ada pisau," beber Turinah.
Selain itu Turinah juga menyoroti posisi pisau yang ditemukan di lokasi penemuan jasad editor Metro TV Yodi Prabowo.
"Enggak mungkin dia habis bunuh diri dia rapihin tuh pisau dan taruh di bawah jasadnya, enggak mungkin," sambungnya.
Penjelasan Dokter Forensik
Soal keraguan hasil penyelidikan Polisi atas kasus kematian editor Metro TV Yodi Prabowo, Dokter Ahli Forensik RS Polri Arif Wahyono menjelaskan alasan banyaknya luka tusuk di tubuh Yodi Prabowo.
Menurut Arif Wahyono secara teori bila seseorang berniat bunuh diri ia akan melakukan percobaan.
"Secara teori bahwa orang sebelum melakukan bunuh diri melakukan percobaan pembunuhan dulu,
kalau nyeri sakit mau coba lagi tanggung deh," kata Arif Wahyono dikutip TribunnewsBogor.com dari tayangan Breaking News Metro TV.
Dalam kasus editor Metro TV Yodi Prabowo, tusukan pertama di dada meleset dari paru-paru.
Dengan begitu menurut Arif Wahyono, Yodi Prabowo masih memiliki kemampuan untuk melakukan penusukan ulang.
" Dalam kasus ini beliau meleset kena bawah paru-paru aja, itu bagian bawah paru-paru masih punya kemampuan lagi tanggung motong ke atas,
potongan ini (leher) tidak terlalu dalam tidak terkena pembuluh darah utama hanya kena tenggorokan aja,
jadi sebab matinya bukan karena pendarahan tapi karena sesak napas," jelas Arif Wahyono.
Menurut Arif, editor Metro TV Yodi Prabowo berharap tusukankeempat bisa mengakhiri hidupnya.
Namun tusukan itu tak juga membuat nyawa Yodi Prabowo berakhir.
"Seharunya beliau berharap yang keempat yang dalam itu beliau selesai, namun sayangnya ndak selesai karena yang kena bawahnya paru-paru bagian bawah lalu beliau coba ke atas," kata Arif Wahyono.
Arif Wahyono membenarkan soal kandungan amphetamin di tubuh editor Metro TV Yodi Prabowo.
Pengaruh amphetamin menurut Arif, bisa mendorong Yodi Prabowo melakukan bunuh diri dengan luka tusuk yang bertubi.
"Efek dari amphetamin orangnya jadi jingkrak-jingkrak kemana-mana dan punya tenaga lebih sampe napas lebih kuat,
mungkin saja bisa seperti itu," kata Arif Wahyono.
Arif Wahyono mengatakan penggunaan amphetamin bisa beberapa hari atau beberapa jam sebelum Yodi Prabowo tewas.
"Sebelum melakukan, perkiraan secara teori 3 hari sebelum meninggal, maksimal,
masih sehari sebelumnya atau beberapa jam sebelumnya bisa saja," kata Arif Wahyono soal kasus kematian editor Metro TV Yodi Prabowo.
Artikel ini telah tayang di Tribunnewsbogor.com dengan judul Editor MetroTV Diduga Bunuh Diri Tusuk Leher & Dada, Ayah Yodi: Kok Bajunya Bersih, Kemana Darahnya?.