Laporan Kontributor TribunAmbon.com, Fandy
TRIBUNAMBON.COM - Beralaskan tikar sederhana sekelompok bocah tampak serius dalam aktifitas belajar di Desa Polin, Kecamatan Siwalalat, Seram Bagian Timur, Maluku.
Tiada keluh kesah, senyum tawa riang masih tersungging di wajah mereka.
Lembar demi lembar buku tercerna, seolah menjadi asa di tengah keterbatasan mereka dalam mengenyam pendidikan.
Di antara mereka tampak guru mereka, menuntun mereka dengan metode pembelajaran disesuaikan dengan kondisi yang ada.
Ya, mereka yang dalam keterbatasan fasilitas pendidikan kini terdampak masa pandemi virus corona (covid-19).
Tiada pun fasilitas teknologi hingga perangkat-perangkat modern menunjang mereka, di mana seperti yang diterapkan daerah lain.
Sehingga dapat dikatakan bertolak belakang dengan edaran dari Kementerian Pendidikan untuk meliburkan aktifitas sekolah dan mengganti model pembelajaran dari rumah.
Mereka mengambil jalan solusi agar para siswa pun tetap terasah, dengan metode 'belajar kelompok'.
"Mungkin dinilai bertolak belakang dengan social distancing sebagai upaya pencegahan Covid-19, namun tidak juga, karena ada batasan jumlah siswa perkelompok belajar dan dalam pengawasan ketat para wali kelas," ungkap Kepala SD Negeri 2 Siwalalat, Muhammad Yamin kepada TribunAmbon, Selasa Siang (07/04/20).
Lanjutnya dijelaskan, setiap kelompok belajar hanya diisi tiga sampai lima siswa.
Dan disesuaikan dengan besarnya rumah siswa yang ditunjuk sebagai lokasi pembelajaran.
Cara belajar mengajar juga tidak jauh berbeda dengan kondisi di sekolah, wali kelas tetap menjalankan kewajibannya seperti biasa.
Hanya saja, waktu efektif belajar dikurangi hanya empat jam.
"Metode ini dinilai paling efektif, mengingat ketersediaan buku tematik masih sangat kurang," ungkapnya.