Kisah
Kisah yang Tercecer: Sehari Bersama Paus Fransiskus Meraup Omzet Rp 150 Juta
Kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia pada 3-6 September 2024 ternyata membawa berkah bagi pedagang kecil dan itu dialami oleh Inna Tania d
TRIBUNAMBON.COM - Ini kisah lama, saat Paus Fransiskus berkunjung ke Indonesia. Ceritanya sangat fenomenal dan tercecer dari banyak kisah yang muncul seiring kunjungan Paus Fransiskus. Begitu hebatnya cerita ini, tidak mengherankan kemudian, ketika Paus Fransiskus meninggal, kesedihan yang mendalam dirasakan oleh pasangan suami isteri ini.
Kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia pada 3-6 September 2024 ternyata membawa berkah bagi pedagang kecil dan itu dialami oleh Inna Tania dan suaminya, Joni Trianto. Dan kunjungan Paus Fransiskus itu telah mengubah hidupnya secara drastis. Satu hari untuk selamanya. Dan perubahan hidupnya dimulai saat Paus Fransiskus merayakan misa kudud di Stadion Utama dan Madya Gelora Bung Karno (GBK) pada 5 September 2025.
"Kami harus meminjam uang Rp 6 juta untuk sewa tenda dan modal kerja di GBK dari seorang teman,“ ujar Joni.
Joni dan isterinya selama belasan tahun terpuruk secara finansial. Bahkan dirinya tidak bisa memerbaiki atap rumahnya yang bocor. Kondisi keuangan mereka sebagai pedagang kecil makanan dan minuman tidak stabil, cenderung kekurangan. Mangkal di suatu tempat untuk berjualan sering berujung pada kerugian. Kalaupun untung cukup untuk biaya operasional. Pengalaman ini sering dialami dari suatu tempat keramaian ke tempat yang lain. Lambat laun tabungan mereka terkuras. Namun untuk memiliki tempat sendiri untuk jualan, rasanya sesuatu yang tidak mungkin.
Seperti biasa, mereka selalu mendapat informasi terkait jadwal acara keramaian di seluruh wilayah Jabodetabek. Dan pada waktu itu, mereka mendapat tawaran untuk mengisi booth minuman Di GBK, tempat dirayakannya Misa Kudus bersama Paus Fransiskus untuk umat Katolik seluruh Indonesia.
Ketika mendaftarkan diri untuk ikut jualan dan sewa booth, mereka harus menerima kenyataan bahwa tempat jual harus diundi. Ada dua tempat yakni, di Stadion GBK dan Stadion Madya. Berdasarkan pengalaman, semua penjual UMKM maunya jualan di Stadion GBK. Joni dan Inna harus menerima kenyataan ketika mereka mendapat tempat di Stadion Madya. Namun ternyata justru Stadion Madya itulah berkah yang terselubung baginya.
Di Stadion Madya inilah, sebagian besar dipenuhi oleh anak-anak sekolah yang hadir dalam misa tersebut. Sementara orang-orang dewasa berada di Stadion GBK. Anak-anak kecil inilah yang menjadi pembeli utama minumannya. Mereka mengaku sangat kewalahan ketika melayani pembeli. Bahkan untuk berfoto saja untuk mengabadikan momen saja tidak ada.
Baca juga: Kenang Paus Fransiskus, Tukang Ojek Pangkalan Ohoijang di Maluku Tenggara Gelar Aksi Lilin
“Sungguh pengalaman yang luar biasa bagi kami. Apalagi untuk buka booth itu kami harus mengutang ke teman. Dari utang Rp6 juta karena harus bayar sewa Rp4 juta, dan alhamdullilah bukan cuma bisa bayar utang, kami bisa memperbaiki rumah bocor dan rusak, membeli berbagai keperluan keluarga, dan mobil APV bekas untuk mobilitas kami berjualan,” imbuh Inna.
“Kami cukup syok, terharu yang sangat mendalam. Tidak pernah membayangkan berjualan hanya satu hari tapi dapat meraup omzet Rp150 juta,” tutur Joni, dalam sebuah perbincangan santai di Gading Serpong, Kamis siang (15/5/2025).
Joni menjelaskan, jika ingin maju jualan pilihannya adalah membeli mobil sekalipun bekas. Membeli mobil bekas lebih baik daripada harus menyewa tempat yang sifatnya lama. Mobil APV adalah tempat jualan berjalan, bisa angkut berbagai macam kebutuhan termasuk belanja bahan-bahan, membawa barang jualan dan sekaligus tempat jualan di acara keramaian tanpa harus rental kendaraan lagi.
Inna mengaku, dirinya sangat kehilangan Paus Fransiskus yang secara nyata menjadi sarana Allah memberi berkah bagi umatnya. Paus memberikan berkah bagi banyak pedagang kecil seperti dirinya. Dirinya selalu berharap bisa mengulangi berkah yang luar biasa ini dengan menanti hari paus akan datang lagi ke Indonesia.
HANYA DAGING 2 KG
Joni Trianto dan Inna Tania adalah teman satu kelas saat keduanya mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Industri Kerajinan (SMIK) di Jakarta, menikah pada tahun 2002. Keduanya bekerja di hotel. Joni di Four Season, sedangkan Inna di Le Meredien.
Inna kemudian memutuskan berhenti kerja sebagai resepsionis di hotel tersebut. Sementara Joni tetap bekerja di bagian house keeping. Sebetulnya, kesulitan ekonomi tidak bakal mereka alami jika saja Joni tetap bekerja di Four Season. Apalagi Joni merasa memiliki kinerja yang baik.
“Four Season banyak menerima tamu VVIP baik artis asing maupun pejabat negara lain dan saya sering sekali dilibatkan sebagai tim yang melayani tamu tersebut. Termasuk saat Pangeran Charles menginap di Penthouse, saya ditunjuk menjadi bucher alias tukang potong daging meski pada praktiknya peran saya sangat kecil cenderung nganggur karena tamu agung itu selalu punya tim sendiri termasuk untuk urusan makan,” jelasnya.
Roda kehidupan Joni-Inna berada di bawah saat Joni terpaksa meninggalkan pekerjaannya, karena hotel mau direnovasi. “Posisi saya waktu itu sudah supervisor, begitu mau direnovasi kami diberhentikan dan diberi pesangon. Pihak management sempat janji kalau renovasi selesai akan direkrut lagi. Tapi sepertinya gak mungkin karena saya pikir mereka pasti perlu penyegaran staf. Dan, benar ketika saya ajukan lamaran setelah nama hotel jadi St Regis saya tidak masuk,” jelasnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.