Waragonda Terbakar

Bantah Klarifikasi PT. Waragonda, Samalehu Sebut Muammar Bohongi Publik

Bahkan, rekaman CCTV yang ditunjukan sebagai bukti hanya merupakan potongan yang sengaja untuk mengaburkan fakta.

|
Sumber; Istimewa
GEJOLAK DI HAYA - Wakil Ketua Komisi II DPRD Maluku Tengah, Hidayat Samalehu menyikapi gejolak antar warga dengan perusahaan tambang pasir garnet. 

Laporan Jurnalis TribunAmbon.com, Silmi Sirati Suailo 

Wakil Ketua Komisi II DPRD Maluku Tengah, Hidayat Samalehu sebut Direktur PT. Waragonda Minerals Pratama (WMP), Muammar Kadafi Tehuayo melakukan pembohongan publik.

Tudingan itu menanggapi klarifikasi yang disampaikan Kadafi dalam jumpa pers di masohi, Selasa (18/2/2025), bahwa karyawannya tidak merusak sasi di depan kantor  PT. WMP, Minggu (16/2/2025).

Menurut wakil rakyat yang juga Ketua Fraksi Demokrat itu, pernyataan Kadafi berbelok dari fakta.

Bahkan, rekaman CCTV yang ditunjukan sebagai bukti hanya merupakan potongan video untuk mengaburkan fakta.

"Itu pembohongan publik," tegas Samalehu kepada TribunAmbon;com, Rabu (19/2/2025).

Dijelaskan, rekaman CCTV tersebut menampilkan visual saat malam hari, dimana sasi sudah terpasang lagi meski sudah dalam kondisi tak normal seperti sebelumnya.

"Faktanya pada siang hari d tanggal 16 februari 2025 jam 14.45 WIT ada warga masyarakat yang mengambil gambar sudah terlihat palang sasi adat itu sudah dibongkar dan berjatuhan d bawa tanah. Sebenarnya ini ada apa..?? Ko bisa ada aksi dari masyarakat kemudian tiba2 palang sasi sudah berdiri lagi. Pertanyaannya siapa yg memperbaiki sasi adat itu," jelasnya bertanya.

Baca juga: Wakil Rakyat Minta Polres Maluku Tengah Tangkap Dalang Dibalik Pengrusakan Sasi di Negeri Haya

Baca juga: PT. Waragonda Bantah Tudingan Pengrusakan Sasi Adat

Seharusnya, manajemen perusahaan tambang pasir garnet itu menunjukan video utuh, dari awal pemasangan sasi sampai aksi pengrusakan hingga pembakaran kantor PT. Waragonda Mineral Pratama.

"Bar publik bisa lihat dan tau yang sebenarnya bukan menunjukan video sepotong yg sangat menyudutkan masyarakat adat negeri haya seakan2 masyarakat merekayasa semuanya. Ini sangat janggal sekali dan kita tantang perusahan untuk menunjukan semua CCTV dari awal sasi sampai aksi tersebut. Dugaan kami ada rekayasa yang dilakukan pihak perusahan dalam kasus ini," tegasnya.

"Pernyataan saudara Amar bisa terbantahkan dengan adanya warga yang melihat salah satu pegawai perusahan merusak sasi adat dan ketika warga melihat aksinya ada suara yang dikeluarkan diduga pelaku pengrusakan sasi adat itu dengan teriakan KAMONG MAU APA. Oleh karena itu Pernyataan saudara amar ini sangat berbeda jauh dengan yang fakta yang ada," imbuhnya.

Samalehu juga menyoal tudingan Kadafi yang menyebut abrasi di Pantai kawasan Negeri Haya disebabkan aktivitas pengambilan pasir untuk produksi batako press.

"Fakta yang terjadi imbas dari aktivitas perusahan membuat dampak lingkungan dengan adanya abrasi di pesisir pantai negeri haya. Itu fakta. Sumberdaya Alam negeri sudah dieksploitasi dan mengakibatkan kerusakan lingkungan yang luar biasa, baru perusahan lari dari tanggung jawab dan sengaja mengkambinghitamkan masyarakat adat negeri Haya," tegas Samalehu.

Atas kondisi itu, Samalehu mendesak aparat Kepolisian menangkap pelaku hingga dalang pengrusakan palang adat (Sasi) di kantor PT. Waragonda Minerals Pratama (WMP), Minggu (16/2/2025) siang.

Menurut Samalehu, pengrusakan Sasi disinyalir jadi penyebab kemarahan warga yang berujung pembakaran sejumlah fasilitas milik PT. WMP pada Minggu malam.

Sehingga jika pemicu awal persoalan tidak diselesaikan, maka gejolak di Negeri Haya itu tidak akan tuntas.

"Aparat kepolisian harusnya melihat persoalan itu secara menyeluruh, insiden pembakaran tak lepas dari kejadian sebelumnya," ujar tandasnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved