Nasional

Ini Cerita Gelar Panglima Santri Disematkan ke Cak Imin

Dalam kesempatan bertemu dengan para Kyai dan ratusan santri di Pondok Pesantren Syaikhona Kholil, Bangkalan, Jawa Timur, Rabu (31/1/2024) malam, poli

Editor: Fandi Wattimena
Courtesy / Tribunnews
PILPRES: Calon wakil presiden (cawapres) 01 Muhaimin Iskandar 

TRIBUNAMBON.COM - Calon wakil presiden (cawapres) 01 Muhaimin Iskandar ternyata punya gelar lain di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU), yaitu Panglima Santri.

Dalam kesempatan bertemu dengan para Kyai dan ratusan santri di Pondok Pesantren Syaikhona Kholil, Bangkalan, Jawa Timur, Rabu (31/1/2024) malam, politikus PKB yang akrab disapa Cak Imin itu menceritakan awal mula bagaimana ia mendapat gelar Panglima Santri.

Semasa berkuliah di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Cak Imin punya tekad agar para ulama diakui oleh negara, hal itu lantaran para ulama besar yang berpengaruh di Indonesia tidak pernah masuk sebagai bahan pelajaran sejarah di sekolah.

Beranjak dari situ ia pun melakukan penelitian dan mendapati banyak dokumen juga arsip tokoh-tokoh ulama.

Diantaranya pendiri organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU) Hasyim Asy'ari, Abdul Wahab Hasbullah, hingga Syaichona Kholil.

“Kami menemukan banyak sekali dokumen-dokumen yang tersedia di arsip nasional, tetapi ditumpuk dan tidak menjadi bahan yang utuh, lalu kita kaji,” ujar Cak Imin, Rabu.

“Dan kita berkeyakinan akhirnya, berkesimpulan secara objektif bahwa beliau-beliau (tokoh-tokoh ulama) itu adalah yang memerdekakan dan berjuang mengusir penjajah,” ia menambahkan.

Kemudian ia mulai merintis satu per satu pengakuan kepada para ulama-ulama yang menjadi bagian dalam proses kemerdekaan Indonesia ini.

Baca juga: Presiden Jokowi Naikkan Gaji PNS, Ini Daftar Kenaikan Gaji PNS 2024

Kemudian Cak Imin menyebut ada satu momentum ketika Jokowi yang saat itu mau mencalonkan diri sebagai Presiden berpasangan dengan Jusuf Kalla.

Pasangan Capres dan Cawapres itu pun mendatanginya untuk meminta dukungan dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Cak Imin selaku ketua umum pun mengiyakan dukungan dengan syarat jika terpilih maka harus mengakui tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional.

“Alhamdulillah begitu dilantik menjadi presiden langsung membuat peraturan presiden (perpres) yang memutuskan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional,” kata pria kelahiran Jombang, Jawa Timur ini.

Dampaknya, 50 ribu kyai dan santri berkumpul di Jember dan melakukan syukuran atas perpres itu. Cak Imin turut hadir dalam acara dan ia mengeklaim diangap oleh para kyai sebagai Panglima Santri.

Tawaran supaya gelar itu disematkan padanya ia terima tapi dengan satu syarat. Ia hendak mendapatkan pangkat panglima jauh di atas jumlah bintang panglima TNI. Cak Imin minta untuk diberikan sembilan sebagaimana jumlah yang tertera di atas logo NU.

“Waktu itu saya jawab bismillah, saya terima. Karena panglima TNI bintangnya empat, saya harus diatas panglima TNI, bintangnya sembilan, bintangnya Nahdlatul Ulama,” tuturnya. 

Usai gelar itu disematkan padanya, Cak Imin termotivasi untuk menyusun Undang-Undang No 18 Tahun 2019 tentang Pesantren dan terwujud.

“Akhirnya terwujud UU Pesantren, sebagai salah satu penguat dari hari santri nasional,” pungkas Cak Imin.

 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Cerita Cak Imin Bisa Dapat Gelar Panglima Santri,
https://www.tribunnews.com/mata-lokal-memilih/2024/02/01/cerita-cak-imin-bisa-dapat-gelar-panglima-santri.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved