Tokoh Muda dari Kasultanan Yogyakarta Dukung Greenfunction

Tokoh muda dari Kasultanan Yogyakarta RM Gusthilantika Marrel Suryokusumo menyatakan dukungannya terhadap Green Function

Ist
RM Gusthilantika Marrel Suryokusumo atau Gusti Marel saat mengunjungi Green Function di kampung Ireng-iteng Bambanglipuro, Bantul, Yogyakarta, Jumat (23/6/2023). 

Menurut dia, Sistem Green Function bisa menjadi contoh bagaimana rumah bisa berproduksi, hemat energi, sekaligus mampu mengendalikan hama karena bisa dilihat langsung.
"Intinya kita menggabungkan sistem konvensional dan modern, dengan sistem sederhana yang berfungsi untuk masyarakat,"ungkap Ervan.

Daya tarik wisata
Menanggapi penjelasan Erwan, Gusti Marrel menyampaikan bahwa upaya konservasi berkelanjutan seperti Green Function bisa menjadi daya tarik wisata edukasi sekaligus bernilai ekonomi..

"Kalo daya tarik Green Function pasti ya, karena saya banyak gerak soal lingkungan, bisa hutan, gunung, sungai dan lainnya. Kita ingin melihat sebenarnya, dari rumah sendiri kita bisa menumbuhkan kemandirian pangan. Dari lingkungan rumah kita bisa jadi sumber ekonomi. Di banyak negara, model Green Astitektur, seperti Amerika, Eropa, barangkali hanya berhenti pada tahapan green energy. Kalau di sini konsepnya berbeda karena ada ikan, treatment air, tanaman. Di sini konsep green bisa memproduksi dan sumber pemasukan," ungkap Gusti Marrel.

Sebagai rumah pangan, Green Function menurut dia, seperti mengajak kembali kesadaran masyarakat kepada filosofi yang sudah ada sejak dulu yakni menanam di rumah atau pangan dari rumah. Kesadaran mengembangkan Rumah Pangan ini menjadi sangat penting di mana saat ini dunia tengah mengalami lagi krisis energi. Seperti di krisis energi Eropa yang membuat harga energi menjadi naik.

"Nah, bisa ada tanaman hidroponik bisa dijual, bisa dikonsumsi sendiri. Jadi sustainability-nya bisa terjamin. Konsep yang berbeda kalau dibandingkan di daerah lainnya di dunia, karena ada sistem menggabungkan tadi, nah ini misalnya ada irigasi di dalam rumah untuk menunjang produksi pangan itu sendiri, jadi sangat penting dalam konteks kedaulatan pangan," papar Gusti Marrel.

Menurutnya, dengan sumberdaya alamnya yang tinggi, Indonesia harus melewati tantangan masa transisi energi.

"Ada percobaam yang gagal ada yang revisi, tapi semua harus dilewati. Kesadaran itu muncul di tengah masyarakat dan kita bisa membentuk perubahan. Kita memegang nilai orang-orang timur, bareng-bareng secara lokalitas, kesadaran program harus berdasar kearifan lokal," jelas Gusti Marrel.

Ia juga mendorong upaya konservasi berbasis kearifan lokal menjadi salah satu langkah strategis agar program yang diterapkan membumi dan tepat sararan.

"Salah satu program Presiden adalah penurunan emisi. Nah, kebutuhan energi 1 rumah bisa menggunakan energi secara mandiri. Begitu juga Ngarso Dalem (Sultan HB X) yang bisa menempatkan masyarakat sebagai subjek, masyarakat dilibatkan. Misal secara air di Bantul bagus. Kalau di Sleman beda lagi. Nah nilai lokalitas apa yang bisa dibentuk. Local wisdom yang kita akomodir dan masyarakat sendiri lah yang mengerti," jelasnya.

Saat inu, lanjut Gusti Marrel, misi Ngarso Dalem sendiri untuk menjadikan masyarakat sebagai subjek patut didukung.

"Poinnya menafsirkan dan mengefektifkan unsur di rumah yang bisa berproduksi. Hanya tadi mungkin bisa dari sudut-sudut elevasi sehingga air bisa mengalir tanpa perlu pompa juga bisa biar lebih hemat," lanjut Gusti Marrel.

Effesiensi energi yang diterapkan pun, tandas dia, seyogyanya menyesuaikan karakteristik suatu daerah. Karakteristik lingkungan menjadi kunci sebuah pemberdayaan masyarakat bisa terus dilakukan.

"Contoh kemarin kita kerja sama PLN mengembangkan tanaman energi di Gunungkidul, kita juga melakukan implementasi terkait kondisi lingkungan. Kita menanam sesuai karakteristik di sana yakni tanaman yang high protein untuk ternak. Ketika kemarau pakannya gak ada, nah petani kadang terpaksa jual sapi.. istilahnya sapi makan sapi. Ini yang tidak boleh terjadi. Kita memulai dengan menanam 30 hektar,” beber Gusti Marrel.

Kembali kepada Green Function, menurut Erwan, pengembangan wisata bebasis kearifan lokal dan konservasi alami seperti Green Function cukup menjanjikan. Menurut dia, beberapa wisatawan asing seperti dari Belanda dan Eropa sudah banyak mengunjungi setidaknya untuk melihat dan belajar mengenai Green Functuon.

"Di sini bahkan udah banyak yang datang seperti Belanda. Sangat bisa jadi daya tarik wisatawan, terlebih belum banyak yang mengimplementasikan," ungkap Ervan.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

Menjaga Ruang Digital dari Hoaks

 

Drone Anka-S Siap Jaga Natuna

 

Bunga yang Layu di Pelaminan

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved