Gempa Guncang Maluku
BPBD Tegaskan Tak Ada Korban Jiwa saat Gempa M 7,5, 1 Nelayan Meninggal di KKT Disebabkan Tenggelam
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Provinsi Maluku, Sandhy Luhulima memastikan tak ada korban jiwa dalam insiden tersebut.
Penulis: Mesya Marasabessy | Editor: Adjeng Hatalea
Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Mesya Marasabessy
AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD ) Provinsi Maluku menegaskan adanya korban jiwa dalam insiden gempa 7,5 Magnitudo.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Provinsi Maluku, Sandhy Luhulima memastikan tak ada korban jiwa dalam bencana tersebut.
Dikatakan, satu orang yang ditemukan meninggal dunia itu bukan korban gempa melainkan tenggelam.
Sehingga, almarhum Yoakim Laiyan (44) yang merupakan seorang nelayan warga asal Desa Lauran, Kecamatan Tanse, Kabupaten Kepulauan Tanimbang (KKT) itu tidak termasuk dalam kategori korban bencana alam.
“Korban jiwa informasinya ada satu, setelah dicek ternyata korban meninggal bukan karena bencana tapi tenggelam sehingga itu bukan kategori dalam korban bencana alam,” kata Luhulima kepada wartawan di Kantor BPBD Maluku, Rabu (11/1/2023).
Ditanya soal jumlah pengungsi saat ini, Luhulima mengaku BPBD belum menerima data yang pasti.
Pihaknya sementara berkomunikasi dengan kedua kabupaten/kota terdampak gempa untuk mengetahui data jelas terkait jumlah pengungsi.
“Jumlah pengungsi sementara komunikasi dengan kedua mereka lagi pendataan, kita diarahkan memang untuk cek jumlah pengungsi dan lokasi pengungsi. Tapi sampai jam 1 siang mereka belum kasih info,” tandasnya.
Diketahui, berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa dengan magnitudo 7,5 terjadi Selasa (10/1/2023) pukul 02.47 WIT.
Gempa tersebut berpusat di laut pada kedalaman 131 KM di koordinat 7,25 Lintang Selatan dan 130,18 Bujur Timur, sekitar 148 KM barat laut Maluku Tenggara Barat.
Gempa tersebut dirasakan pada skala V MMI di Kota Saumlaki; IV MMI di Dobo dan Tiakur; III-IV MMI di Alor, Waingapu, Waijelu, Lembata, Sorong, dan Kaimana; II-III di Kairatu, Merauke, Nabire, Tanah Merah, Wamena, Bakunase, Kolhua, Sabu, Rote, Ende, Amarasi Selatan, dan Kota Kupang; serta II MMI di Ambon dan Piru (Kabupaten Seram Bagian Barat).
Baca juga: Pasca Gempa Magnetudo 7,5 di Tanimbar, Jaringan Listrik 100 Persen Telah Dipulihkan
Pada skala II MMI getaran dirasakan oleh beberapa orang dan menyebabkan benda-benda ringan yang digantung bergoyang dan pada skala III MMI getaran dirasakan nyata dalam rumah, terasa seakan ada truk berlalu.
Getaran pada skala IV MMI pada siang hari dirasakan oleh orang banyak di dalam rumah dan beberapa orang di luar rumah serta menyebabkan gerabah pecah, jendela/pintu berderik, dan dinding berbunyi.
Pada skala V MMI, getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, membuat banyak orang terbangun, serta menyebabkan gerabah pecah, barang-barang terpelanting, serta tiang-tiang dan barang besar bergoyang.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.