Popmal IV
Alat Tanding Atlet SBB Dikabarkan Rusak, Bobby Tianotak; 700 Juta Buat Apa Saja?
Karena, Pemerintah Daerah (Pemda) mengalokasikan anggaran sebanyak 700 juta sebagaimana permintaan yang diusulkan.
Penulis: Rahmat Tutupoho | Editor: Fandi Wattimena
Laporan Kontributor TribunAmbon.com, Rahmat Tutupoho
PIRU, TRIBUNAMBON.COM - Ketua Komisi II DPRD SBB, Bobby Gunawan Tianotak menyesali kelalaian Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) dan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) terkait kabar peralatan atlet rusak sewaktu menjalani pertandingan.
Karena, Pemerintah Daerah (Pemda) mengalokasikan anggaran sebanyak 700 juta sebagaimana permintaan yang diusulkan.
"Kabarnya, ada alat tanding atlet yang rusak saat menjalani laga. Kita malu itu. Terus, uang sebanyak 700 juta itu buat apa saja," kesal Tianotak di Cafe Nusa Puan ke TribunAmbon.com, Kamis (24/11/2022).
Ia menegaskan, harusnya peralatan tanding terlebih dulu disiapkan pasca anggaran ditambahkan, dari jauh-jauh hari prioritaskan hal-hal seperti itu.
Komisi II bakal kroscek keseluruhan Cabang Olahraga (Cabor), jangan sampai keresahan dirasakan atlet lain selama ikut Popmal-IV.
"Justeru peralatan dinomorsatukan, apalagi untuk kesiapan pertandingan. Prioritaskan yang semestinya. Komisi akan ungkap semuanya. Takutnya, di atlet lain juga begitu," ketusnya.
Baca juga: Manager Maluku FC Prediksi Uruguay vs Korea Selatan Berpotensi Imbang 1-1
Baca juga: Cabor Kempo Seram Bagian Barat Raih 12 Medali di Popmal 2022
Pasca pagelaran Popmal-IV, Komisi memanggil Dispora dan KONI semata mempertanyakan segala informasi yang beredar, benar dan tidaknya biar dijelaskan di DPRD.
"Tunggu Popmal-IV berakhir baru kita panggil Dispora dan KONI. Semuanya harus dijelaskan," cetusnya.
Dikonfirmasi TribunAmbon.com, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga, Abraham Tuhenay sementara minta kepastian dari bendahara.
"Beta tanya bendahara. Beta telpon Ade," tulisnya.
Diberitakan sebelumnya, bahkan atlet Cabor Kempo yang menyumbangkan 12 medali untuk kontingen SBB hanya diberikan uang saku 450 ribu.
Parahnya, transportasi yang tersedia pun cuma satu unit, untuk itu model pengangkutan harus pakai sistem tunggu yang lain diantar dulu baru ambil yang lainnya. (*)