Trend
Asmat Souvenir, Barang Antik se-Indonesia Ada di Ambon
Toko tersebut dinamai Asmat Souvenir, sesuai dengan nama pemiliknya. Mengoleksi barang-barang antik awalnya hanyalah sebuah hobi bagi Asmat (Alam).
Penulis: Jenderal Louis MR | Editor: Adjeng Hatalea
Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Dedy Azis
AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Bagi sebagian orang, barang-barang peninggalan orang tua, kakek, nenek dianggap benda-benda kuno yang sudah tak terpakai lagi.
Berbeda dengan hal tersebut, bagi mereka yang mengerti akan nilai estetikanya, benda-benda kuno itu memiliki harga yang fantastis.
Di sejajaran Ambon Plaza (Amplaz), Kota Ambon ada sebuah toko kecil bertuliskan bahasa asing yang mungkin tak dimengerti bagi orang yang melintasi Jalan Sam Ratulangi.
Dari luar toko tersebut tampak memamerkan beberapa benda yang jarang dilihat orang-orang di tempat umum.
Di dalam toko seluas 3x4 meter persegi itu, tersusun rapi beragam benda-benda unik, mulai dari yang ukurannya sebesar kelingking, hingga 2 kali lipat ukuran tinggi manusia pada umumnya.
Toko tersebut dinamai Asmat Souvenir, sesuai dengan nama pemiliknya.
Mengoleksi barang-barang antik awalnya hanyalah sebuah hobi bagi Asmat (Alam).
Seperti dikatakan istri almarhum Asmat, Darwati, suaminya itu memiliki hobi mengoleksi barang antik sejak tahun 80an.
"Toko ini punya almarhum suami saya, Asmat, namanya, dia memang hobi koleksi barang antik," kata Darwati kepada TribunAmbon.com, Senin (25/7/2022) siang.
Menurut Darwati, Asmat menekuni hobi tersebut sejak sebelum mereka berdua menikah pada tahun 1981 silam.
Saat itu, Asmat hanya mengoleksi satu hingga dua barang antik.
Seiring berjalannya waktu, barang antik koleksi Asmat jadi tak terhitung.
Hingga pasangan suami istri tersebut memutuskan untuk membuka toko barang antik pertama di Kota Ambon, pada tahun 1996.
Berlokasi di Jalan Said Parintah Kota Ambon, teras rumah Darwati dan almarhum Asmat, disulap menjadi toko barang antik dadakan kala itu.
Semasa hidupnya, Asmat berprofesi sebagai seorang pelaut. Lewat profesi tersebut Asmat dapat dengan mudah mendapatkan barang-barang antik dari seluruh dunia, hingga akhirnya dijadikan usaha bersama istrinya, Darwati.
Baca juga: Sudah Dibolehkan, Sopir Angkot di Ambon Malah Ditilang Polisi Karena Lewat Jenderal Sudirman
Hingga pada tahun 2003, pasca konflik antar warga yang terjadi di Kota Ambon, Asmat dan Darwati harus memindahkan tokonya barang antiknya tersebut di Jalan Sam Ratulangi, hingga saat ini.
Namun, sayang, Asmat harus menghembuskan nafas terakhirnya pada 2021 lalu, dan membuat Darwati harus melanjutkan usaha yang telah dirintisnya itu.
Di dalam Asmat Souvenir, tersedia ribuan koleksi barang antik yang bernilai fantastis.
Mulai dari benda-benda pusaka berupa keris kecil, koin antik, hingga gigi ikan duyung pun ada.
Pada bagian depan, terpampang ratusan koleksi uang kertas antik dari seluruh dunia.
Uganda, Iran, hingga mata uang Madagaskar pun ada.
Koleksi piring-piring peninggalan era kemerdekaan tersusun rapi pada etalase kaca didepan toko.
Karakter pewayangan Jawa, Ghatot Khaca hingga ukiran mini Garuda Wisnu Kencana seharga 1 unit motor pun tersusun rapi diatas etalase kaca tersebut.
Masuk ke dalam, patung-patung kuno yang terbuat dari pahatan kayu tampak berjajar di dinding dan lantai tokonya.
Menjual barang antik tak seperti barang-barang lainnya yang memiliki peminatnya setiap hari.

Untungnya pun tak menentu.
Namun soal harga, jangan ditanya, barang-barang antik koleksi Asmat Souvenir ini bahkan ada yang bernilai Rp 100 juta.
Seperti tulang ikan duyung setinggi 2 meter, yang digantungkan didepan toko, bagi seorang kolektor benda antik, satu tulang duyung yang berukuran dua ruas jari orang dewasa, harganya bisa mencapai Rp 2 juta.
Bisa dihitung saja, berapa harga tulang ikan duyung setinggi dua meter yang digantung tersebut.
Meski sulit menjual barang antik ditengah gempuran modernisasi, namun, Darwati yang melanjutkan usaha tersebut, mengaku senang, bisa menjaga barang-barang peninggalan suaminya.
Buku-buku kuno koleksi suaminya pun dia susun rapi pada dinding sebelah kanan pintu masuk toko.
Sejak pandemi lalu, peminat barang-barang kuno mulai berkurang, Darwati pun harus "Nyambi" berjualan rokok, Snack, dan minuman kemasan di toko itu.
"Kalau sejak pandemi ini kurang peminat, belum ada lagi kolektor yang datang untuk beli. saya tahan-tahan dengan berjualan rokok, Snack, dan minuman, tapi untuk buku-buku kuno setiap hari selalu saja ada yang beli," ujarnya.
Tak hanya menjual, Asmat Souvenir pun juga membeli koleksi barang-barang antik yang biasa dibawa oleh komunitas-komunitas tertentu.
"Biasa kalau ada orang bawa, jual disini, kami beli juga," kata dia.
Lewat usahanya itu, Almarhum Asmat dan Darwati mampu menyekolahkan kedua putrinya hingga sarjana.
Kedua putrinya tersebut pun sudah menikah dan ikut dengan suaminya masing-masing diluar Maluku.
Darwati berpesan, jika barang-barang kuno terus dijaga dan dirawat, maka benda tersebut akan membawa rejeki untuk orang yang merawatnya.
"Barang-barang ini memang tidak bisa bicara, memang terlihat tidak berharga, namun kalau kita rawat, beberapa tahun kedepan, benda ini pasti bernilai tinggi," tandasnya.(*)