Nasional
Jemaah Haji Asal Indonesia Diminta Jaga Kesehatan, Terutama Jelang Wukuf di Padang Arafah
Hal itu disampaikan Kepala Pusat Pelayanan Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Budi Sylvana, terutama saat wukuf di Padang Arafah pada 9 D
JAKARTA, TRIBUNAMBON.COM - Jemaah haji asal Indonesia diminta menjaga kesehatan menjelang puncak ibadah haji.
Hal itu disampaikan Kepala Pusat Pelayanan Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Budi Sylvana, terutama saat wukuf di Padang Arafah pada 9 Dzulhijjah atau 8 Juli 2022.
Budi meminta agar para jemaah haji menghindari kelelahan berlebihan.
"Untuk jemaah, kita sarankan tetap hindari kelelahan yang berlebihan. Karena kalau sudah kelelahan yang berlebihan semua komorbid akan timbul," ujar Budi.
Kemudian, Budi mengingatkan bahwa cuaca di Arab Saudi sangat panas.
Sehingga, dia meminta jemaah haji untuk banyak minum air.
"Jangan tunggu haus. Menjelang Armuzna (Arafah, Muzdalifah, dan Mina) tadi H-3 sebelum Arafah, perbanyak istirahat di pondok masing-masing," tuturnya.
Budi menyebut masa-masa kritis bakal terjadi saat jemaah haji memasuki kawasan Armuzna.
• Pemerintah Tarik Kebijakan Pelonggaran Masker di Luar Ruangan, Epidemiolog: Keputusan Tepat
Maka dari itu, skrining kesehatan akan dilakukan kepada jemaah haji sebelum berangkat ke Padang Arafah.
"Kita harus bisa menyelesaikan seluruh skrining ini. Dengan harapan jemaah yang betul-betul sehat lah yang akan melakukan wukuf secara mandiri. Nantinya angka kesakitan dan kematian jemaah saat wukuf bisa terkendali," kata Budi.
Dengan dilakukannya skrining, kata Budi, bisa terlihat mana jemaah haji yang bisa mengikuti wukuf secara mandiri atau dibantu atau safari wukuf.
Dia menjelaskan hipertensi dan penyakit terkait kardiovasklular mendominasi penyakit jemaah.
"Kalau awal sih kita memprediksi penyakit terkait dengan penyakit pernapasan, karena kita di era pandemi. Tapi itu ternyata sedikit meleset. Justru penyakit-penyakit jemaah ini didominasi penyakit terkait kardiovaskular. Mungkin karena jemaah kita masih banyak yang taat prokes, maka angka penyakit parunya itu tidak sedahsyat yang kita perkirakan," imbuhnya.
(Kompas.com / Adhyasta Dirgantara / Krisiandi)