Menikmati Indahnya Matahari Terbenam di Benteng Amsterdam Hila
Tribunners, mungkin kamu sudah tidak asing lagi dengan Benteng Amsterdam.
Penulis: Mesya Marasabessy | Editor: Salama Picalouhata
Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Mesya Marasabessy
AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Tribunners, mungkin kamu sudah tidak asing lagi dengan Benteng Amsterdam.
Salah satu kawasan wisata di Hila, Maluku Tengah ini merupakan salah satu tempat bersejarah yang hingga kini masih berdiri kokoh.
Hal itu kemudian menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung untuk mendatangi Benteng yang berjarak 42 kilometer dari pusat Kota Ambon ini.
Lain dari akan sarat nilai sejarahnya, Benteng Amsterdam juga menyuguhkan keindahan alam lainnya.
Baca juga: Ada Benteng Amsterdam di Hila Maluku Tengah, Peneliti dari Mancanegara Sering Berkunjung
Tempat yang berada tepat diatas tepi pantai yang menghadap langsung dengan laut Seram ini juga bisa menjadi wisata untuk melihat sunset atau matahari terbenam.
Betapa tidak, di penghujung sore atau tepatnya sekitar pukul 18.00 WIT, kalian yang berkunjung ke Benteng Amsterdam akan disuguhkan dengan gradasi warna orange di langit saat terbenamnya matahari.
Tentu menjadi kepuasan tersendiri ketika memandangi matahari turun dari singgasana dan mulai menghilang di ufuk barat berlatar semenanjung Tanjung Sial, menjadi pemandangan yang luar biasa indah.
Keindahannya pun tak kalah dengan sunset yang ada di Labuan Bajo Flores, Uluwatu Bali, Candi Prambanan, yogyakarta, Candi Borubudur Magelang dan lain sebagainya.
Pemandangan itu juga sangat tepat jika diabadikan melalui berswafoto.
Mengingat, posisi terbenamnya matahari itu dilatarbelakangi pegunungan dengan bentangan lautan biru.
Hasil berswafoto pun, dipastikan akan menjadi dramatis.
Asalkan kalian menggunakan teknik fotografi siluet yang menunjukan garis gelap subjek di depan pemandangan yang kontras dan cerah yaitu tepatnya pada matahari terbenam.
Diketahui, Benteng yang terletak di Negeri Hila, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah (Malteng), Maluku itu konon didirikan oleh kolonial Portugis pada masa pemerintahan Fransisco Serrao tahun 1512.
Yang dijadikan sebagai loji perdagangan tempat penyimpanan cengkeh dan hasil bumi lainnya dari Maluku.