Pukul Manyapu Morella
Begini Cara Peserta Pukul Manyapu di Negeri Morella Sembuhkan Luka Sabetan Usai Atraksi
Raja (Upu) Negeri Morella, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Fadil Sialana mengatakan, warga setempat memiliki cara tersendiri untuk penyemb
TRIBUNAMBON.COM - Raja (Upu) Negeri Morella, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Fadil Sialana mengatakan, warga setempat memiliki cara tersendiri untuk penyembuhan bekas luka sabetan usai menampilkan Atraksi Pukul Manyapu.
Yakni, menggunakan daun jarak atau yang memiliki nama ilmiah Ricinus Communis.
“Untuk luka sabetan kita menggunakan getah pada daun jarak,” kata Fadil Sialana.
Menurut dia, warga setempat sudah turun-temurun mempercayai khasiat dari daun jarak untuk penyembuhan luka sabetan itu sendiri.
Proses penyembuhan pun sangat cepat.
Waktu proses penyembuhan hanya memakan waktu satu sampai tiga hari saja.
“Khasiat daun jarak itu kalau kita oles hari ini malamnya langsung tertutup proses penyembuhan paling lama 3 hari,” terangnya.
Sebelumnya, daun jarak sendiri memang dikenal memiliki khasiat untuk kesehatan tubuh dan pengobatan baik luar maupun dalam tubuh.
Beberapa manfaat secara umum yakni menurunkan gula darah, mengobati sariawan, mengatasi masuk angin, mengobati gangguan kulit, dan menurunkan demam pada bayi.
Berbeda dengan Negeri Morella, untuk Negeri Mamala yang juga melakukan atraksi yang sama, mereka biasanya menggunakan minyak mamala untuk sembuhkan luka usai mengikuti atraksi.
Pembuatan minyak Mamala sendiri dilakukan satu hari sebelum atraksi, yakni 6 Syawal pada kalender penanggalan hijriah.
Disaksikan imam masjid, raja negeri, dan seluruh staf negeri Mamala, minyak Mamala yang dimasukkan ke dalam sebuah kendi berbalut kain putih, didoai untuk mendapatkan khasiatnya.
Adapun Atraksi Pukul Manyapu di Negeri Morella, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah (Malteng), Maluku baru saja digelar, Senin (9/5/2022) lalu.
Atraksi yang sudah menjadi tradisi tiap 7 Syawal atau tepatnya 7 hari setelah lebaran Idul Fitri itu biasanya dilakukan dengan cara melibatkan para pemuda negeri setempat.
Bahkan, tak jarang anak-anak laki-laki dan pengunjung juga ingin ikut terlibat.
Adapun tata cara tradisi ini adalah diikuti dua kelompok pemuda yang berdiri berhadapan dan kemudian saling memukul dengan menggunakan sapu lidi hingga meninggalkan luka bekas sabetan.(*)
