Global

Rusia Peringatkan Ukraina Bisa Dibubarkan Jadi Beberapa Negara Bagian

Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Nikolay Patrushev memperingatkan, bahwa kebijakan yang diambil oleh Barat dan "rezim Kyiv" yang dikendalikan mereka pa

Editor: Adjeng Hatalea
(AFP/DIMITAR DILKOFF)
AMBON: Seorang pria berjalan di depan sebuah bangunan yang hancur setelah serangan rudal Rusia di Kota Vasylkiv, dekat Kyiv, Minggu (27/2/2022). Menteri luar negeri Ukraina mengatakan pada 27 Februari bahwa Kyiv tidak akan menyerah pada pembicaraan dengan Rusia mengenai invasinya, menuduh Presiden Vladimir Putin berusaha meningkatkan tekanan dengan memerintahkan pasukan nuklirnya dalam siaga tinggi.(AFP/DIMITAR DILKOFF) 

MOSKWA, TRIBUNAMBON.COM - Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Nikolay Patrushev memperingatkan, bahwa kebijakan yang diambil oleh Barat dan "rezim Kyiv" yang dikendalikan mereka pada akhirnya dapat mengakibatkan Ukraina berantakan dan tidak lagi ada sebagai negara bersatu.

“Tidak menemukan cara positif untuk memenangkan Ukraina ke pihaknya, AS, jauh sebelum kudeta 2014, telah membujuk Ukraina tentang supremasi bangsa mereka dan kebencian terhadap segala sesuatu yang Rusia,” kata dia kepada surat kabar Rossiyskaya Gazeta dalam sebuah wawancara eksklusif.

Kutipan Patrushev diterbitkan pada Selasa (26/4/2022).

Menurut dia, hari ini, orang-orang yang tinggal di Ukraina disatukan hanya oleh ketakutan akan batalion nasionalis.

"Kebijakan Barat dan rezim Kyiv yang dikendalikannya seperti itu hanya dapat mengakibatkan disintegrasi Ukraina menjadi beberapa negara bagian," ungkap Patrushev, dilansir dari Russia Today (RT).

Baca juga: Rusia Setop Pasok Gas ke Polandia dan Bulgaria Mulai Hari Ini

Sementara Barat secara kolektif berusaha untuk memperpanjang konflik antara Rusia dan Ukraina selama mungkin, dia mengeklaim, Moskwa ingin menyelesaikan permusuhan lebih cepat daripada nanti untuk meminimalkan kerusakan yang terjadi pada kedua belah pihak.

"Tidak mengherankan bahwa, tidak seperti Rusia, yang tertarik pada penyelesaian cepat operasi militer khusus dan meminimalkan kerugian dari semua pihak, Barat bertekad untuk menyeretnya sampai Ukraina terakhir,” katanya.

"Kompleks industri militer di Barat adalah salah satu penerima manfaat utama dari konflik yang berkepanjangan," tuding pejabat itu.

Dia menyebut aliran persenjataan yang masuk ke Ukraina sebagian besar didorong oleh keinginan Barat untuk mendapat untung.

“Kompleks industri militer Amerika dan Eropa bersukacita, karena berkat krisis di Ukraina, tidak ada habisnya pesanan yang terlihat,” kata Patrushev. Rusia diketahui telah menyerang negara Ukraina sejak akhir Februari. 

Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.

Di sisi lain, Ukraina menegaskan bahwa serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik (Donetsk dan Luhansk) dengan paksa.

(Kompas.com / Irawan Sapto Adhi)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved