Global
Kroasia Tarik Semua Pasukannya dari NATO jika Konflik Rusia-Ukraina Pecah
Kroasia akan menarik semua pasukannya dari NATO di Eropa Timur jika konflik bersenjata antara Rusia dan Ukraina benar-benar pecah.
ZAGREB, TRIBUNAMBON.COM – Kroasia akan menarik semua pasukannya dari NATO di Eropa Timur jika konflik bersenjata antara Rusia dan Ukraina benar-benar pecah.
Pernyataan itu disampaikan Presiden Kroasia Zoran Milanovic di televisi, sebagaimana dilansir media Rusia TASS, Selasa (25/1/2022).
“Sebagai panglima tertinggi, saya telah mengikuti dengan cermat pernyataan yang menunjukkan bahwa NATO sedang membangun kehadirannya dan mengirim beberapa kapal pengintai,” kata Milanovic, dikutip dari TASS.
Dia menambahkan, NATO tidak hanya terdiri dari satu negara dan bukan pula hanya Amerika Serikat (AS).
“Kami tidak memiliki kaitan dengan ini dan kami tidak akan ada hubungannya dengan ini.
Saya jamin ini,” tutur Milanovic. “Kroasia tidak akan mengirim pasukan jika terjadi eskalasi.
Sebaliknya, akan menarik semua pasukan Kroasia, hingga prajurit terakhir,” sambung Milanovic.
Keputusan itu berasal dari apa yang dia gambarkan sebagai kebijakan domestik AS, yang dilakukan oleh Joe Biden dan pemerintahannya.
“Sejauh menyangkut masalah keamanan internasional, saya dapat melihat ketidakkonsistenan dan bahkan perilaku berbahaya,” katanya.
Milanovic juga menyentil para menteri, yakni Menteri Luar Negeri Gordan Grlic-Radman, Menteri Pertahanan Mario Banozic, dan Perdana Menteri Andrej Plenkovic.
"Grlic-Radman dan Banozic bebas pergi ke Brussel (markas NATO). Adapun tentara Kroasia, Kroasia tidak akan berpartisipasi dalam ini. Tidak ada yang akan terjadi,” ujar Milanovic.
“Plenkovic dapat mengancam Rusia sebanyak yang dia inginkan. Namun, Kroasia harus pergi dari ini seperti lari dari api,” imbuh Milanovic.
Sementara itu, Rusia dan AS telah melakukan berbagai pembicaraan mengenai ketegangan di Ukraina.
Diberitakan Kompas.com sebelumnya, Biden telah memperingatkan bahwa setiap agresi lebih lanjut oleh Moskwa terhadap Ukraina akan ditanggapi dengan tingkat sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
(Kompas.com / Danur Lambang Pristiandaru)
