Penanganan Covid19
Pemerintah Kota Ambon Tentukan Kelompok yang Diprioritaskan Mendapat Vaksin Covid-19 Dosis Ketiga
Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Penanganan Covid-19 Alexander Ginting menjelaskan mengenai mekanisme pemilihan vaksin booster.
Penulis: Sinatrya Tyas | Editor: Fitriana Andriyani
TRIBUNAMBON.COM - Pemerintah Kota Ambon telah menentukan kelompok yang diprioritaskan mendapat vaksin Covid-19 dosis ketiga (Booster).
Yakni, masyarakat kelompok rentan, pelayan publik dan wartawan.
“Termasuk pelayan publik juga wartawan harus melakukan penyuntikan vaksin booster ketiga ini,” kata Wali Kota Ambon, Richard Louhenapessy di sela – sela tinjauan vaksin anak di SD Negeri Toisapu, Rabu (12/1/2022).
Ketiga kelompok itu akan diprioritaskan bila vaksin booster telah diizinkan di Kota Ambon.
Louhenapessy mengakui, vaksinasi booster bagi masyarakat dapat dilakukan bila vaksinasi tahap kedua telah mencapai 60 persen.
Sementara Kota Ambon masih 58 persen.
“Jadi kita sekarang sudah 58 persen (penyuntikan vaksinasi dosis kedua), kalau sudah mencapai 60 persen baru kita melakukan booster ketiga,” jelas Wali Kota yang akan mengakhiri masa jabatan Mei 2022 mendatang.
Baca juga: Vaksinasi Dosis Kedua di Ambon Belum Capai 60 Persen, Pemkot Tunda Vaksinasi Booster
Baca juga: Besok, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo Kunjungi Kota Ambon
Hal demikian juga disampaikan Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) kota Ambon, Wendy Pelupessy.
Pelupessy mengungkapkan selain presentasi vaksinasi tahap kedua belum mencapai target, Kota Ambon masih berfokus pada vaksinasi anak usai 6 hingga 11 tahun.
“Penyuntikan baru akan dilakukan setelah dosis kedua 60 persen. Sekarang kita sedang fokus untuk penyuntikan vaksin untuk anak-anak usia 6-11 tahun dulu,” tandasnya.
Untuk diketahui, Pemerintah Kota Ambon telah melangsungkan vaksinasi booster namun masih bagi tenaga kesehatan (nakes) saja sejak 2021 lalu.
Sedangkan bagi masyarakat umum telah dianjurkan bagi Presiden Joko Widodo dan secara resmi diberikan hari ini, Rabu (12/1/2022).
Pemberian vaksinasi booster ini disebutkan sebagai langkah antisipasi Varian Covid baru dan akan diberi gratis tanpa pungutan biaya.
Panduan Lengkap Memilih Vaksin Booster
Pemerintah resmi melaksanakan program vaksinasi dosis ketiga atau vaksinasi booster pada Rabu (12/1/2022).
Ada 5 jenis vaksin yang digunakan sebagai booster yakni CoronaVac/Sinovac, Pfizer, AstraZeneca, Moderna, dan Zifivax.
Kategori vaksin
Sebelum memilih vaksin booster, penting untuk memperhatikan pengkategorian jenis vaksin sebagai homolog, heterolog, atau bisa keduanya.
Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Penanganan Covid-19 Alexander Ginting menjelaskan mengenai mekanisme pemilihan vaksin booster.
Vaksin homolog
Homolog sendiri berarti jenis vaksin primer atau vaksin dosis lengkap di awal sama dengan jenis vaksin booster,
"Homolog itu vaksin 1 dan vaksin 2 sejenis. Misalnya Sinovac, Sinovac, dan boosternya Sinovac (CoronaVac)," ujar Alex saat dihubungi Kompas.com, Rabu (12/1/2022).
Adapun jenis vaksin yang termasuk homolog yakni Sinovac, Moderna, dan Pzifer.
Vaksin heterolog
Sedangkan, untuk kategori heterolog yakni vaksin 1 dan vaksin 2 sejenis, tetapi boosternya bisa berbeda jenis vaksin.
"Heterolog itu contohnya Sinovac, Sinovac, dan boosternya Moderna," lanjut dia.
Alex menambahkan, untuk mereka yang berusia di atas 18 tahun menggunakan booster heterolog.
Selain itu, vaksinasi booster ini diperuntukkan untuk usia 18 tahun ke atas dan minimal 6 bulan setelah dapatkan vaksin primer dosis lengkap.
Besaran dosis yang diterima akan disesuaikan dengan rekomendasi yang sudah diberikan Badan POM.
Booster penerima vaksin Sinovac
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19, dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan, mereka yang sudah menerima vaksin Sinovac lengkap, maka bisa menggunakan setengah dosis booster AstraZeneca atau setengah dosis Pfizer.
"Pakai AstraZeneca atau Pfizer tergantung ketersediaan vaksin yang ada," ujar Nadia saat dihubungi secara terpisah oleh Kompas.com, Rabu (12/1/2022).
Booster penerima vaksin AstraZeneca
Sementara bagi mereka yang sudah menerima vaksin AstraZeneca lengkap, maka bisa menggunakan booster setengah dosis Moderna.
"Kalau awalnya AstraZeneca, maka diberikan (booster) setengah dosis Moderna," ujar Nadia.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, kombinasi awal vaksin booster nantinya bisa berkembang tergantung kepada hasil riset baru yang masuk dan juga ketersediaan vaksin yang ada.
Adapun kombinasi vaksin booster ini sudah sesuai dengan pertimbangan para peneliti BPOM maupun ITAGI.
Panduan pemberian booster menurut rekomendasi BPOM
Dilansir dari situs resmi BPOM, dijelaskan mengenai mekanisme pemberian vaksin booster, sebagai berikut:
a. Sinovac
- Vaksin booster diberikan sebanyak 1 dosis minimal setelah 6 bulan vaksinasi lengkap
- Diberikan pada usia 18 tahun ke atas
- Peningkatan titer antibodi netralisasi hingga 21-35 kali setelah 28 hari pemberian booster/dosis lanjutan pada subjek dewasa.
b. Pfizer
- Vaksin booster 1 dosis minimal setelah 6 bulan dari vaksinasi primer dosis lengkap
- Diberikan pada usia 18 tahun ke atas,
- Peningkatan nilai titer antibodi netralisasi setelah 1 bulan pemberian booster/dosis lanjutan dibandingkan 28 hari setelah vaksinasi primer sebesar 3,29 kali.
c. AstraZeneca
- Vaksin booster dapat diberikan 1 dosis minimal setelah 6 bulan dari vaksinasi lengkap
- Diberikan pada usia 18 tahun ke atas,
- Peningkatan nilai titer antibodi IgG dari 1792 menjadi 3746.
d. Moderna
- Vaksin booster diberikan setengah dosis setelah 6 bulan dosis lengkap
- Diberikan pada usia 18 tahun ke atas.
- Kenaikan respons imun antibodi netralisasi sebesar 12,99 kali setelah pemberian dosis booster homolog vaksin Moderna.
Zifivax
- Vaksin booster diberikan 1 dosis setelah 6 bulan dosis lengkap vaksinasi primer (Sinovac atau Sinopharm).
- Diberikan untuk usia 18 tahun ke atas
- Peningkatan titer antibodi netralisasi lebih dari 30 kali pada subjek yang telah mendapatkan dosis primer Sinovac atau Sinopharm.
- Hasil evaluasi dari aspek keamanan kelima vaksin booster/dosis lanjutan tersebut menunjukan bahwa frekuensi, jenis, dan keparahan dari Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) yang dilaporkan setelah pemberian booster umumnya bersifat ringan dan sedang.
(TribunAmbon.com/Sinatrya, Tanita Pattiasina)(Kompas.com)