Kuti Kata Maluku

Kuti Kata; Beta Dapa, Beta Polo, Beta Kele Rapat-rapat

Ini penggalan syair lagu Pop Maluku berjudul "Panggayo", yang mengungkapkan "kas' tumpa rindu par nona"

Editor: Fandi Wattimena
Sumber; Pdt. Elifas Tomix Maspaitella
Beta dapa 

"Beta polo" (=ku peluk), sebagai tindakan berlanjut dari "beta dapa" maka "beta polo" adalah ungkapan yang menerangkan "kas' tumpa rindu" (=menumpahkan rasa rindu) karena "pung sanang apa lai" (=sangat senang/bersukacita).

Dan ungkapan itu "seng maeng-maeng" (=jujur/tidak dibuat-buat), sekaligus menerangkan "tapisah tuh biking stengah mati, jadi jang lai" (=terpisah itu membuat susah hati, jadi jangan terjadi lagi).

Ada yang seperti "palasi" (=tidak mau lagi/tobat) karena "buang badang dari orangtotua deng basudara tuh tar sadap" (=menjauhkan diri dari orang tua dan saudara itu tidak enak).

Dalam konteks "orangtotua deng anana" (=orangtua dan anak), ungkapan "beta polo" harus dipahami dari "mama papa pung piara" (=pemeliharaan mama dan papa).

Lebih lagi "mama polo par kasi susu" (=gendongan mama saat menyusui) atau "papa dukung pas jatuh saat ajar bajang" (=rangkulan papa saat anaknya jatuh waktu mengajarinya berjalan).

"Cinta itu tar ada dua di dunya, tar ada yang tanding" (=cinta itu tidak ada duanya di dunia, tiada tandingannya). "Itu yang biking rindu seng abis-abis" (=itu yang membuat rindu tiada habisnya).

"Beta kele rapat-rapat" (=kugandeng tanganmu erat-erat), suatu ungkapan yang menegaskan "beta pung nih" (=ini kepunyaanku).

Semacam proklamasi bahwa "ini beta pung" (=ini milikku).

Jadi "kele" itu semacam legalisasi kepemilikan yang menyatakan "beta pung" (=kepunyaanku).

Maka "kele yang batul" (=bergandenganlah yang benar), malah sering diucapkan pula "jang sampe salah kele" (=jangan sampai salah menggandeng tangan).

Bagi Jujaro-Mungare, "kele" adalah tindakan yang menerangkan "ini beta pung nona/nyong" (=ini kekasihku) dan biasanya ungkapan itu menerangkan saat "katong kaweng" (=menikah).

Dalam relasi orangtua-anak, "kele" menegaskan "ini beta pung ana" (=ini anakku), "ini beta pung mama deng papa" (=ini mama dan papaku), "biar kata orang mau bilang apa lai" (=walau orang mau berkata apa pun).

"Kele" tidak berhenti pada pernyataan "beta pung" (=kepunyaanku), tetapi sekaligus menandakan komitmen "beta jaga" (=kujaga) dan yang dijagai itu adalah "yang beta pung".

"Kalu seng beta la sapa lai?" (=jika bukan saya, siapa lagi).

"Mau harap orang jaga katong pung, sio bae kalu dia lia deng babae lai" (=mau mengharapkan orang mempedulikan milik kita, apakah dia bisa memperhatikannya dengan baik?).

Sumber: Tribun Ambon
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved