HUT Kota Ambon
HUT Ke-446 Kota Ambon, Jalan Masuk Tribun Lapangan Merdeka Disulap Jadi Benteng Nieuw Victoria
Dekorasi dengan dominasi warna putih itu terpasang di pintu masuk Tribun Lapangan Merdeka Kota Ambon.
Penulis: Tanita Pattiasina | Editor: Fandi Wattimena
Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Tanita Pattiasina
AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Gerbang Benteng Nieuw Victoria menjadi dekorasi dalam perayaan hari ulang tahun ke-446 Kota Ambon.
Dekorasi dengan dominasi warna putih itu terpasang di pintu masuk Tribun Lapangan Merdeka Kota Ambon.
Pantauan TribunAmbon.com di lokasi, duplikat benteng tertua di Kota Ambon ini dibuat persis dengan benteng asli yang terletak di kawasan Komando Daerah Militer XVI/Pattimura, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon.
Tulisan ‘Nieuw Victoria’ berwarna hitam tertulis dibagian tengah dekorasi setinggi 5 meter itu.
Pada bagian puncak gerbang, berdiri tiga bendera merah putih.
Disamping kiri benteng, juga tertulis Ambon Tangguh berwarna merah hitam dibagian kiri gerbang.
Sedangkan dibagian kanan gerbang tertulis Dirgahayu Kota Ku ke 446.
Baca juga: Jadi Perayaan Terakhir di Masa Jabatan, Louhenapessy Antusias Pantau Persiapan HUT Kota Ambon
Baca juga: Asa HUT ke-86 GPM, Wakil Rakyat; Selalu Rekatkan Kehidupan Salam-Sarane di Ambon
Nampak, para pekerja juga masih mempersiapkan dekor lokasi perayaan puncak HUT Kota Ambon pada besok, Selasa (7/9/2021) itu.
Sedangkan dibagian dalam langit-langit tribun, dihiasi kain berwarna hitam dan merah.
Ornamen symbol adat Provinsi Maluku turut menghiasi pilar-pilar dalam tribun.
Karpet merah yang digelar di lantai Tribun semakin menambah kesan mewah.
Kemegahan dekorasi Tribun menjadi perhatian warga yang melintas area tersebut.
Meski belum selesai didekor, warga dari segala umur menyempatkan diri untuk berswafoto.
Benteng Victoria sendiri menjadi tempat bersejarah yang terletak tepat di pusat kota Ambon dan dibangun oleh Portugis pada tahun 1775, yang selanjutnya diambil alih oleh Belanda.
Belanda lalu menjadikan benteng ini sebagai pusat pemerintahan untuk mengeruk harta kekayaan masyarakat pribumi, berupa rempah-rempah yang melimpah di bumi Maluku.
Pada masa pemerintahan Belanda, benteng ini berfungsi strategis, yakni sebagai pusat pemerintahan kolonial.
Di depan benteng juga terdapat pelabuhan yang digunakan sebagai jalur perhubungan laut antar pulau. (*)