Penanganan Covid
Hasil Survei: Pemilih Jokowi di Pilpres 2019 Lebih Mau Divaksin Dibanding Pemilih Prabowo
Survei juga menyatakan mayoritas masyarakat bersedia untuk disuntik vaksin AstraZeneca, meskipun mengandung babi.
TRIBUNAMBON.COM - Pemilih Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Pemilihan Presiden 2019 lalu relatif lebih mau divaksin dibanding pemilih Prabowo Subianto .
Hal itu berdasarkan survei nasional yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC): Efek Tokoh dan Otoritas Kesehatan pada Intensi Warga untuk Divaksinasi.
Hasil survei itu dirilis di laman resminya kemarin, Senin (29/3/2021).
Hasilnya menunjukkan bahwa sekitar 71 persen pemilih Jokowi mau divaksin.
Sementara pemilih Prabowo Subianto hanya 46 persen.
“Intensi melakukan vaksinasi berhubungan dengan pilhan presiden 2019. Pemilih Jokowi relatif lebih mau divaksin 71 persen, dibanding pemilih Prabowo 46 persen,” ujar Direktur Riset SMRC Deni Irvani.
Mayoritas Masyarakat Bersedia Divaksin AstraZeneca
Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mengungkapkan, mayoritas masyarakat bersedia untuk disuntik vaksin AstraZeneca meskipun Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan bahwa vaksin tersebut haram.
Hal itu berdasarkan temuan SMRC tentang 'Efek Tokoh dan Otoritas Kesehatan pada Intensi Warga untuk Divaksinasi' yang dirilis Senin (29/3/2021).
"Ada sekitar 38 persen warga secara nasional yang tahu Vaksin AstraZeneca-Oxford. Dari yang tahu, 55 persen pernah mendengar MUI menyatakan vaksin itu haram namun boleh digunakan. Dan dari yang pernah mendengar pernyataan MUI tersebut, sekitar 53 persen bersedia divaksin dengan AstraZeneca-Oxford, 34 persen tidak bersedia, dan 14 persen tidak menjawab," kata Direktur Riset SMRC, Deni Irvani.
SMRC menyatakan minat warga untuk melakukan vaksinasi dengan AstraZeneca-Oxford ini (53%) relatif lebih rendah dibanding minat terhadap vaksinasi secara umum (62%).
Namun mayoritas warga masih bersedia divaksin AstraZeneca.
Khusus warga muslim, survei menunjukkan ada sekitar 36 persen warga muslim yang tahu Vaksin AstraZeneca-Oxford.
Dari yang tahu, 53 persen pernah mendengar MUI menyatakan vaksin itu haram namun boleh digunakan.
"Dan dari yang pernah mendengar MUI menyatakan haram, yang bersedia divaksin dengan AstraZeneca-Oxford 52 persen, 40 persen tidak bersedia, dan 8 persen tidak menjawab," ucapnya.
SMRC menggelar survei lewat metode wawancara tatap muka pada 23-26 Maret 2021 kepada 1.401 responden yang dipilih secara acak.
Margin of error survei diperkirakan sekitar 2,7 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen, asumsi simple random sampling. (*)