Kewang Hidroponik Ambon, Buktikan Cara Berkebun Bebas Kotor, Mudah dan Menjanjikan
Oleh Taher Rumonin, anggapan tersebut coba dibenturkan dengan kenyataan yang dia lakoni, yakni berkebun dengan air sebagai media tanam atau hidroponik
Laporan Kontributor TribunAmbon.com, Fandy
TRIBUNAMBON.COM - Kerja di kebun selalu saja diidentikan dengan cangkul, tanah, kompos dan keringat.
Alhasil, berkebun jauh dari pilihan anak muda, bahkan untuk kebanyakan lulusan fakultas pertanian sekalipun.
Namun, oleh Taher Rumonin, anggapan tersebut coba dibenturkan dengan kenyataan yang dia lakoni, yakni berkebun dengan air sebagai media tanam atau hidroponik.
Dia memastikan, tidak ada sisa tanah yang melekat di tangan maupun lengan baju, apalagi bau kompos serta keringat berlebih.
Saat disambangi TribunAmbon, Minggu (4/10/2020) pagi, pemuda kelahiran Gorom, Seram Bagian Timur itu tengah mengaliri air dari tong ke instalasi pipa yang berisi berbagai jenis sayuran itu.
• Menikmati Senja dan Kuliner Kaki Lima di Kawasan Kota Jawa Teluk Ambon
Di antaranya, Sawi Putih, Pakcoy, Dakota, Selada Putih dan Merah serta Seledri.
Pengairan hidroponik jelasnya tidak sesulit pengairan pada umumnya.
Dalam sehari dua kali dialiri, yakni pagi dan sore hari bergantung suhu udara.
Menurutnya, jika musim hujan, suhu cenderung dingin sehingga cukup sekali saja dialiri.
"Kan sudah ada mesin pompa, jadi tinggal dinyalakan dan langsung air dialiri ke pipa," kata Rumonin.
Yang perlu diperhatikan saat pengairan adalah ketinggian air dan tentunya kandungan nutrisi dalam air.
Selanjutnya, tinggal dijaga saja pertumbuhannya hingga panen tiba.
Lanjutnya dijelaskan, penyemaian bibit dilakukan dengan media tanam spon yang diisi air.
Rata-rata dibutuhkan waktu seminggu untuk menjadi anakan, sementara masa pertumbuhan hingga panen berkisar satu sampai satu setengah bulan bergantung jenis sayuran.