Cerita Pengungsi Gempa Maluku, Lansia Jualan Lapat untuk Beli Air Bersih

Dia adalah satu dari ribuan warga Liang yang terpaksa mengungsi akibat gempa bermaknitudo 6.5 pada 26 September 2019 di Maluku

Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
Kontributor TribunAmbon.com/Fandy
Pengungsi gempa Maluku, Nur Rehalat tengah melipat daun pandan hutan untuk dijadikan bungkus lapat 

"Itu buat minum dan masak saja. Kalau mandi, harus turun ke bawah (pemukiman)," katanya.

Pemkot Ambon Siap Salurkan Dana Stimulan Tahap 1 Korban Gempa Maluku, Ada Tiga Tahapan

"Delapan jeriken air habis dipakai selama dua hari," tambahnya.

Nur dan warga lainnya tetap bertahan di pengungsian lantaran hingga kini belum mendapat bantuan tunai perbaikan rumah.

Rumah miliknya mengalami kerusakan sedang dan belum diperbaiki hingga kini.

Rasa takut akan kondisi rumah membuatnya enggan untuk kembali.

Meskipun kondisi pengungsian jauh dari nyaman dengan keterbatasan air bersih.

Nur bersikeras untuk meninggalkan tenda yang ditinggalinya selama 12 bulan terakhir.

Konskuensi pilihannya itu harus dibayar dengan kesabaran ekstra serta kerja untuk bisa memenuhi kebutuhannya selama di pengungsian.

Dia pun hanya bisa berharap bantuan tunai dari pemerintah bisa segera direalisasikan agar rumahnya bisa segera diperbaiki. (*)

Sumber: Tribun Ambon
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved